Tampilkan postingan dengan label Answering Christology - Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Answering Christology - Berita. Tampilkan semua postingan

5 kerabat sedarah yang berbeda kepercayaan

1. Kakeknya Kiai, Cucunya Uskup.

Orang tentu mengenal siapa itu Albertus Soegijapranata yang merupakan Uskup Agung pribumi pertama di Indonesia. Namun siapa yang menyangka bahwa kakek Soegija yang bernama Soepa merupakan seorang kiai.

2. Saudara Seayah Beda Ibu, Yang Satu Pendeta, Yang Satu Ulama.


Orang Indonesia mungkin sudah tidak asing dengan ulama Indonesia yang sempat menjadi pemimpin Muhammadiyyah yang bernama Hamka. Namanya sempat menuai kontroversi ketika ia mengeluarkan fatwa yang mengharamkan Muslim ikut perayaan Natal. Namun siapa sangka bahwa ia memiliki seorang saudara seayah beda ibu bernama Willy Amrull yang menjadi seorang pendeta GPII.

3. Saudari Kembar, Yang Satu Berjilbab, Yang Satu Suster.

Seorang pengguna Facebook yang bernama Bernadus Yohanes Raldy Doy membuat sebuah kabar yang mengejutkan ketika ia menemui sepasang saudari kembar dimana yang satunya adalah seorang Muslim yang berjilbab sementara yang satunya lagi adalah seorang suster yang mengabdi pada Kongregasi PBHK dan sekarang berkarya di Marauke, Papua.

4. Ibunya Berjilbab, Anaknya Jadi Pastur.


Siapa yang menyangka, pada Sabtu, 10 Oktober 2015, seorang ibu berjilbab bernama Siti Asiyah mendampingi putranya yang bernama Robertos Asiyanto atau yang akrab dipanggil Yanto ditahbiskan sebagai seorang pastor bersama dengan 10 orang rekannya oleh Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota di Ledalero, Maumere. Tak hanya itu, Yanto masih dianggap sebagai anggota keluarga oleh ibunya.

5. Kakek & Orangtuanya Kristen, Anaknya Pemimpin Komunis.


Orang-orang tentu mengetahui bahwa Korea Utara saat ini merupakan negara penganiaya Kristen no. 1 di dunia. Namun siapa yang menyangka bahwa presiden pertama Korea Utara, Kim Il-Sung, memiliki kakek yang merupakan seorang Pastor dan orangtua yang merupakan anggota gereja. Gereja tempat dimana orangtuanya beribadah pun masih berdiri di Korea Utara hanya saja dipimpin oleh orang awam.
»»  Selengkapnya...

Berabad-abad banyak yang mau menghancurkan Kristen, tapi pada akhirnya mentok

1. Kekaisaran Romawi Kuno
berabad2 telah menganiaya umat gereja perdana termasuk murid2 Yesus. pd akhirnya pd jaman Kaisar Konstantinus, Kristen dijadiin agama negara & dibantu penyebaran pengaruhnya di seluruh Eropa
2. Yahudi
menolak keberadaan Yesus & para pengikutnya. pd akhirnya seluruh bangsa Yahudi diasingkan semua ke Eropa
3. Kekhalifahan Muslim
berabad-abad nyaris akan menguasai Eropa dgn mulai menjajah daerah Balkan/Eropa Tenggara & selatan Spanyol. tp pd akhirnya dipimpin raja2 gak becus sehingga akhirnya diubah jadi republik sama Mustafa Kemal Attaturk
4. Protestanisme
berabad2 ngelawan Katolik, pd akhirnya cuman berdamai, Katolik masih jd mayoritas di Eropa
5. Keshogunan Jepang
sejak abad ke-16 mulai menganiaya Kristen. pd akhirnya penganiayaan kristen dihilangkan sewaktu zaman Restorasi Meiji & budaya Kristen (Natal, penggunaan kalung salib, pernikahan di gereja, dlsb) menjadi populer di Jepang
6. Komunisme USSR
bertahun2 menganiaya GOR, pd akhirnya negaranya bubar pas Perang Dingin ngelawan AS & semenjak saat itu pengaruh GOR mulai menyebar lagi di Rusia
7. Komunisme RRC
bertahun2 menganiaya Kristen & agama2 lainnya di Cina, pd akhirnya pas mau ngelaksanain kebijakan lompatan jauh ke depan malah bikin satu negara jadi kelaparan & perekonomiannya terpaksa diganti ama Kapitalisme
8. Ateis Barat
ngatain agama yg negatif2 & jumlah umat Kristen menurun, pd akhirnya perekonomian Barat mengalami krisis ekonomi seperti halnya yg pernah terjadi di USSR & RRC & Kristen berganti berkembang di Asia, Afrika, & Amerika
»»  Selengkapnya...

Cina lebih menghargai tokoh Kristen ketimbang India & Indonesia


Bunda Teresa, seorang tokoh Katolik yang berkarya di India dengan membantu orang-orang kurang mampu dan digelari santa (orang suci), dihujat hanya dengan tuduhan Katolikisasi:

Hal serupa juga terjadi di Indonesia terutama pahlawan-pahlawan nasional yang beragama Kristen: Apakah Bangsa Indonesia Adalah Bangsa Yang Menghargai Pahlawannya ?

Berlainan halnya dengan yang terjadi di Tiongkok. Seorang tokoh yang digelari sebagai "Bapak Tiongkok modern" (setara dgn Sukarno yg digelari "Bapak Bangsa Indonesia"), yang bernama Sun Yat-sen, merupakan orang beragama Kristen dan telah dibaptis, masih dihormati baik di Taiwan maupun RRC yang orang-orang umum tuduh sebagai komunis (meskipun sebetulnya saat ini RRC statusnya hanya sosialis), entah orang-orang Tiongkok mengetahuinya atau tidak.

Maaf, sebetulnya saya sendiri juga tidak ingin menyinggung agama individu, namun, jikalau terjadi kasus seperti yang terjadi pada negara-negara non-Kristen diatas, maka hal tersebut (sentimen terhadap Kristen) sudah tidak bisa ditolerir lagi.
»»  Selengkapnya...

Ada Kristen dukung Palestina, tapi gak ada Buddhis dukung Rohingya

Ketika terjadi kasus konflik Israel-Palestina yang terjadi setiap pertengahan tahun

Ada Kristen yang dukung Israel: https://senjatarohani.wordpress.com/category/israel/

Tapi ada juga Kristen yang dukung Palestina dan ngata-ngatain kalo di Palestina juga ada orang Kristen: http://worldpeace8281.blogspot.com/2014/07/palestina-propagandakan-dukungan-pada.html

Di sisi lain, ketika ada kasus Rohingya-Rakhine, yang Muslim sebut sebagai Palestina dari Asia Tenggara

Para Buddhis bela-belain Rakhine & Myanmar: http://medialogika.org/berita/penyangkalan-buddha-mengenai-kejadian-di-myanmar/

Tapi gak pernah ditemukan ada Buddhis yang mendukung Rohingya apalagi ngata-ngatain kalo ada orang Buddhis di kalangan Rohingya

Padahal, hal tersebut dapat menarik simpati dari kaum Buddhis juga seperti halnya propaganda Palestina terhadap orang Kristen atau propaganda orang Kristen agar dapat dipandang sebagai pembela Palestina

Selain itu, walau Tripitaka (kitab suci agama Buddha) tidak menceritakan tentang Burma, Myanmar, & Rakhine apalagi menyebut Burma, Myanmar, apalagi Rakhine sebagai bangsa pilihan (seperti halnya pernyataan selama ini bahwa Kristen pendukung Israel hanya bermodalkan doktrin Israel bangsa pilihan), juga orang Buddhis tetap mendukung
»»  Selengkapnya...

Pemboikotan Wisata Holy Land, bukti Palestina menutup-nutupi fakta

Beberapa waktu yg lalu, para cheerleaders palestina termasuk diantaranya organisasi2 kristen pendukung palestina melakukan yg namanya pemboikotan Israel termasuk diantaranya adalah pemboikotan wisata Holy Land atw jalan2 ke Israel baik itu dgn tujuan pariwisata, sejarah, atw ziarah keagamaan atas dasar mengurangi pemasukan keuangan Israel yg dituduh sebagian besar digunakan utk peperangan melawan Palestina. padahal kan dgn org2 ke Israel bisa melakukan pembuktian sendiri tentang kebenaran dr kabar2 yg didengungkan macam Israel menyiksa Palestina apakah hal tersebut benar terjadi. tp nyatanya malah melakukan pemboikotan.

nyatanya, org2 yg sudah ke Israel membuktikan bahwa Israel negaranya negara yg demokratis, Muslim, Kristen, Yahudi hidup berdampingan. hal ini bisa terlihat dr berdirinya Tembok Ratapan, Gereja Makam Kudus, Masjid Al-Aqsa yg berada di kota yg sama yakni Yerusalem. sebaliknya, org2 yg memusuhi pendatang macam rabbi Yahudi yg menghadang turis Kristen justru sebetulnya adlh pendukung Palestina

itu membuktikan bahwa Palestina sebetulnya telah menutup2i apa yg terjadi di Israel sehingga pd akhirnya para cheerleaders Palestina cuman bisa ngeliat kabar2 tentang Israel-Palestina melalui media massa macem TV, surat kabar, internet, dlsb tanpa pembuktian langsung. saya bukannya menyuruh utk tetap melakukan wisata ke Israel, tp ini membuktikan bahwa Palestina telah melakukan penutup-nutupan fakta.
»»  Selengkapnya...

Antara Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

"Palang Merah" disepakati dipakai sebagai lambang perlindungan yg netral dalam perang; ini di tahun 1864 di perjanjian Jenewa. Lambang ini mirip bendera Swiss yang warnanya terbalik. Bendera Swiss: palang putih atas dasar merah.

Kalaupun ada asal-usul "Kristen" di situ, perlu dicatat: lambang, bahasa, adat, Eropa mengalami "sekularisasi" sejak berabad-abad. Orang Eropa kini tak akan ingat sifat "Kristen" dalam lambang Palang Merah, bendera Swiss, Inggris, Swedia dst.

Tapi kerajaan Usmani dari Turki dan negara-negara Arab menolak memakainya. Mereka pakai "bulan sabit merah". Yang juga menolak Palang Merah adalah: Israel. Yang dipakai di sini, oleh Perhimpunan Magen David, adalah bintang Daud. Akbatnya Palang Merah Internasional tak mengakui Perhimpunan Israel itu sebagai anggota.

Munculnya palang merah tak lepas dari jasa seorang warga Swiss, Henry Dunant yang sedang melakukan perjalanan ke kota Solferino. Dalam perjalanannya tersebut ia melihat 45 ribu tentara yang terluka dan mati ditelantarkan saat perang penyatuan Italia berkecamuk di tahun 1859.

Pada tahun 1862, Dunant meluncurkan sebuah buku bertajuk "A Memory of Solferino" dalam buku tersebut ia mengajukan dua usul. Yaitu untuk mengadakan masa damai dalam perang serta mengizinkan relawan dari tiap negara untuk merawat korban perang. Dia mengusulkan setiap negara agar sepakat untuk melindungi relawan penyelamat dan yang terluka saat di medan perang.

Pada tahun 1863 diadakan konferensi internasional untuk kali pertama dan memutuskan untuk menggunakan satu simbol yang sama agar mudah diidentifikasi sebagai relawan. Karena logo yang digunakan harus merefleksikan sikap netral, maka logo diambil dari bendera Swiss yang dibalik warnanya karena status Swiss sebagai negara yang tak berpihak pada saat itu.

Logo bulan sabit merah kemudian lahir pada perang antara Rusia dan Turki di antara tahun 1876-1878. Kekaisaran Ottoman saat itu memilih untuk menggunakan logo bulan sabit merah karena logo palang merah dinilai menghina kaum muslim. Selama masa konflik, logo bulan sabit merah diterima kehadirannya sebagai pengganti logo palang merah.

Baru pada tahun 1929, logo bulan sabit diterima secara resmi dan disejajarkan statusnya di bawah konvensi Jenewa. Hingga saat ini 151 negara menggunakan logo palang merah dan 33 negara menggunakan logo bulan sabit merah.

Di Indonesia sendiri logo yang digunakan adalah palang merah, meski demikian ada juga gerakan relawan yang menggunakan logo bulan sabit merah.

Timbul masalah: bagaimana lambang itu bisa menandai kenetralan dalam konflik, dan tak jadi sasaran ketika bergerak menolong korban.

Namun pada Desember tahun 2005, Konvensi Jenewa menghasilkan sebuah logo baru yang dikenal sebagai red crystal atau kristal merah untuk memecahkan beberapa isu yang muncul. Yaitu, untuk menambah negara keanggotaan yang tidak ingin menggunakan logo palang merah atau bulan sabit merah bisa bergabung dengan menggunakan logo kristal merah. Tapi belum berhasil.

Arti sebuah lambang bisa dilembagakan (misalnya dengan perjanjian, seperti Palang Merah). Tapi pada dasarnya arti itu bisa macam-macam. Lambang bintang merah bisa berarti: 1. merk bir. 2. gerakan komunis (sejak 1917). 3. lambang Partai Sosialis Indonesia. Lambang bulan sabit bisa berarti: "Islam", seperti dalam bendera Turki. Tapi di bendera Singapura, berarti: "negeri yang baru muncul."

Ironis: Palang Merah yang semula jadi simbol netralitas, malah jadi obyek persengketaan, dengan semangat identitas agama. Tidakkah yang terkesan kini: agama-agama justru penyebab konflik, dan Palang Merah yang selama ini meredakan konflik, ikut dibakar?

Sumber:
»»  Selengkapnya...

Indonesia Negara Terburuk Dalam Hal Menyambut Natal

Ditengah-tengah kemeriahan Natal di seluruh dunia, ada pula orang-orang macam MUI yang jangankan membolehkan ikut Natal, mengucapkan ucapan selamat Natal saja tak boleh. Bagaimana dapat dianggap toleran kalau mengucapkan selamat Natal saja tak boleh ? Hal ini berlainan dengan pemikiran NU yang dikenal terbuka pada umat lainnya. Salah satu alasan yang paling menggelikan adalah pertanyaan "apakah orang non-Muslim juga mau mengucapkan kalimat syahadat ?". Padahal sudah jelas kalo yang namanya ucapan selamat Natal perbandingannya adalah ucapan selamat Imlek, Idul Fitri, Waisak, dlsb, bukannya kalimat syahadat karena kalimat syahadat perbandingannya adalah Pengakuan Iman Rasuli.

Namun, apakah harus hari Natal ditanggapi dengan hal seperti itu ?

Tentu tidak, coba saja bandingkan dengan semarak Natal di Manado. Konon, orang-orang dari luar Manado ada yang kaget ketika melihat adanya orang Muslim bahkan perempuan berjilbab juga mengikuti pawai Sinterklas.


Di luar negeri pun, hari Natal pun bahkan dirayakan lebih meriah. Di Jepang contohnya, sekalipun penduduknya mayoritas bukanlah Kristen, kebudayaan Barat dan Kristen dipakai ketika Natal dan pernikahan, sementara kelahiran diurus oleh agama Shinto dan pemakaman diurus oleh agama Buddha.


Petinggi-petinggi Syiah Iran sekalipun, ketika Natal juga berbondong-bondong memberikan ucapan Natal.


Di Lebanon, sebuah pohon Natal berdiri tegak di depan sebuah masjid.


Di Amerika Serikat, umat Buddha pun juga ikut memeriahkan Natal.



Bahkan kaum Atheis sendiri pun juga mengajak orang-orang sepemikirannya sendiri untuk merayakan Natal. Walaupun pakai motif menjelek-jelekkan agama.

"Kita tahu bahwa populasi besar (umat) 'Kristen' sebenarnya adalah ateis yang merasa terjebak dalam agama keluarga mereka. Jika Anda tahu tuhan adalah sebuah mitos, Anda tidak perlu berbohong dan menyebut diri 'Kristen' untuk menikmati musim liburan meriah ini. Anda tetap bisa bergembira tanpa mitos, dan memang harus demikian," ungkap David Silverman, pemimpin American Atheis seperti dikutip dari Christianpost.
Dan masih banyak lagi keikutsertaan kemeriahan Natal lainnya. Jadi, sungguh aneh jika ada orang-orang yang melarang keikutsertaan dalam Natal apalagi melarang ucapan selamat Natal.

NB: Artikel ini dibuat ketika Ramadan juga untuk membalas kejadian ketika Natal malah mengeluarkan soal fatwa Natal.
»»  Selengkapnya...

Apakah Bangsa Indonesia Adalah Bangsa Yang Menghargai Pahlawannya ?

Sebuah ironi dari sebuah negara yang menganut kalimat "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya".

Di Indonesia, terdapat sejumlah tokoh pahlawan yang beragama Kristen. Dan itupun belum termasuk para anggota yang dipimpin oleh tokoh pahlawan tersebut yang juga beragama Kristen. Namun mengherankannya, penerimaannya pun justru dapat dianggap kurang memuaskan.

Terdapat beberapa alasan yang dibuat. Contohnya adalah membandingkannya dengan kolonialis-kolonialis Eropa terutama Belanda yang juga dituduh beragama Kristen. Alasan lainnya adalah dianggap kurangnya peran dalam perlawanan terhadap Belanda. Ada juga yang menyatakan bahwa adanya perlawanan dari golongan Kristen tidaklah alami, melainkan karena adanya sekulerisme yang baru muncul pada abad ke-18.

Seakan-akan, yang namanya sentimen terhadap Kristen itu ada gunanya. Padahal, pada akhirnya pula seluruh wilayah-wilayah di Nusantara diduduki oleh Belanda termasuk wilayah-wilayah Islam itu sendiri.

Film mengenai seorang uskup agung yang menjadi pahlawan nasional berjudul Soegija dituduh sebagai Katolikisasi, disamping film mengenai ulama-ulama yang menjadi pahlawan nasional macam Sang Pencerah dan Sang Kiai juga dibuat.

Selain itu, ada juga yang sok suci ngomong kalo "yang namanya pahlawan tidak memandang golongan apapun". Padahal, pahlawan justru selama ini dipandang pada golongan tertentu.

Bahkan, beberapa tokoh pahlawan Kristen juga diklaim bukan Kristen macam Slamet Rijadi yang dituduh Kejawen Klenik dan Pattimura yang selama ini dinyatakan sebagai penganut Kristen dengan nama asli Thomas Mattulessy, dipelintir jadi penganut Islam dengan nama asli Ahmad Lussy. Hal itu pula yang juga terjadi pada artikel Pattimura di WBI, meskipun di Wikipedia bahasa Inggris sendiri Pattimura masih dinyatakan dalam versi Thomas Mattulessy. Tak hanya itu, bahkan pernyataan bahwa Pattimura adalah Kristen selama ini dituduh sebagai de-Islamisasi.

Khusus bagi pahlawan Katolik, adapula yang menuduh bahwa pahlawan-pahlawan Katolik macam Uskup Soegijapranata yang melawan Belanda (yang dituduh Protestan) bukanlah karena alasan kemanusiaan melainkan karena sentimen antar Katolik dengan Protestan dan Katolik sendiri ditindas karena zending Protestan. Ini sungguh munafik ! Jika kata mereka demikian, maka perjuangan pahlawan-pahlawan Hindu, Buddha, dan Islam sendiri juga adalah hal wajar karena memang ditindas. Meskipun begitu, saya sendiri tak menampik dengan adanya pahlawan-pahlawan Protestan.

Ini sungguh menggelikan. Jika mereka saja tidak menghormati Pahlawan Nasional yang beragama Kristen hanya karena hal-hal ad hominem seperti itu, maka dengan demikian golongan Kristen pun juga tak akan pula menghormati tokoh-tokoh pahlawan macam Ahmad Dahlan, Teuku Umar, Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, dlsb. Alasannya pun beragam, salah satunya adalah tidak melakukan pertolongan terhadap golongan lain terutama pribumi Kristen. Dalam kata lain, tidak ada satupun tokoh pahlawan manapun yang mencangkup seluruh golongan alias hanya pada golongan-golongan tertentu saja.

Sarkasme ?

Anda pikir tulisan ini sarkasme ? Bertopik sensitif ? Menyerang ? Terserah, apa juga bedanya sama tulisan yang ada disini:
Dan masih banyak lagi, silahkan dicari di Google untuk lebih banyaknya.

Lagipula, toh percuma saja Indonesia merdeka tapi memiliki orang-orang yang pikirannya sempit macam itu. Suatu negara tak akan maju jika terdapat orang-orang yang berpikiran macam itu, meskipun ia adalah seorang sejarawan kuliahan universitas tapi ilmunya dipakai buat sentimen antar golongan. Lihatlah Jepang yang merubah sifatnya dari sentimen terhadap Kristen menjadi terbuka terhadap antar golongan sejak Restorasi Meiji dan saat ini menjadi salah satu negara maju di benua Asia.

Sumber: http://medialogika.org/sejarah/jika-muslim-tak-menghargai-pahlawan-kristen-maka-pahlawan-muslim-juga-tak-akan/

Artikel Terkait:
»»  Selengkapnya...

WorldPeace: Kristenisasi Atau Apa ?

Mengembangkan suatu tujuan memang terdapat banyak hambatan. Begitupun saat mempromosikan situs ini. Banyak yang awalnya tertarik namun kemudian berpaling dengan dugaan "jualan indomie/kecap/panci" yang merupakan istilah alternatif dari Kristenisasi yang dikatakan menggunakan media tersebut. Sebaliknya, bagi para Kristen ini malah menduga sebagai situs agama lain dan penyatuan agama.

Memang menjadi pihak yang demikian sangatlah sulit. Sama halnya ketika Mahatma Gandhi berusaha mendamaikan umat Hindu dan non-Hindu di India saat terjadi konflik sebelum akhirnya berdirilah negara Pakistan. Beliau dianggap terlalu membela pihak non-Hindu oleh umat Hindu dan terlalu dianggap membela pihak Hindu oleh umat non-Hindu (sumber: Seri Tokoh Dunia edisi Mahatma Gandhi)

Untuk itu informasi dalam artikel ini mungkin bermanfaat karena dikhususkan untuk menjawab dugaan hal ini mengingat banyak sekali yang bertanya dan sebagai awalannya akan diulas mengenai Kristenisasi pada umumnya.

Mengenal Kristenisasi

Pada awalnya saya kira topik mengenai Kristenisasi hanyalah suatu bualan para Kristolog untuk mencari alasan kenapa mereka membenci agama Kristen mengingat pada saat itu informasi mengenai Kristenisasi hanya berasal dari sana. Akan tetapi ternyata diketemukan pula sebuah pernyataan dari umat beragama lain mengenai hal yang sama dan itu berarti Kristenisasi merupakan sebuah fakta. Kristenisasi tersebut konon diprakarsai oleh sebuah dasar dari Alkitab yang menyatakan untuk menyebarkan ajaran Kristus mengenai Kerajaan Allah dan menyelamatkan "domba yang hilang" (orang yang belum Kristen)

Akan tetapi saat ini tentu hal ini akan dianggap buruk karena tidak menghargai kebebasan beragama orang lain, saya termasuk yang mendukung pernyataan tersebut.

Lagipula seseorang jika ingin diangkat menjadi seorang Kristen haruslah di dalam hatinya telah ada niat dan kemauan untuk itu. Jika tidak ada kemauan atau hanya karena dipaksa oleh orang lain maka tentunya pengangkatan ia menjadi seorang Kristen adalah hal sia-sia. Jadi janganlah takut untuk mempelajari agama Kristen karena buktinya semua Non Kristen yang bersekolah di sekolah Kristen pun masih menganut agamanya ketika keluar dari sekolah tersebut.

Ulasan mengenai Kristenisasi selengkapnya dapat dibaca disini: Waspadalah Terhadap Saksi-Saksi Yehuwa ! Anti Tritunggal = Pro Kristenisasi

Lalu, apakah situs ini melakukan Kristenisasi ?

Jawabannya adalah TIDAK! Karena disini pun terdapat artikel yang mengulas mengenai jawab dari gugatan agama lain contohnya adalah adanya kategori Belajar Dari Buddhisme dan itu tandanya situs ini sangat universal dan sama sekali tidak berpihak pada golongan tertentu. Bahkan pada salah satu artikel mengenai penindasan Kristen terhadap kaum Buddha pun justru membela kaum Buddha.

Situs ini pun sama sekali tidak mengungguli golongan tertentu karena pada setiap artikel pun hanya menjabarkan jawaban dari golongan tersebut terhadap suatu gugatan yang dibahas. Jadi jelas bahwa situs ini tidaklah menggurui. Dan kalaupun ada yang mengungguli suatu golongan pun tak hanya satu golongan yang diungguli namun juga golongan yang lain. Hanya saja artikel mengenai Kristen lebih banyak dikarenakan agama Kristen merupakan yang paling sering digugat.

Tak hanya agama Buddha dan Kristen, artikel mengenai agama Konghucu pun ada. Itu semua hanya sebagai bentuk dari solidaritas bagi para kaum beragama yang berbeda ragam dan tidak bermaksud untuk hal-hal aneh seperti menyatukan agama atau apa. Ini terbukti dari bahasan mengenai agama yang berbeda dipisahkan semua meskipun dalam 1 artikel. Hal ini hanya karena rasa pluralis saja seperti halnya Gus Dur.

Hanya saja artikel mengenai agama Islam tidak ada karena saya tidak begitu mengerti tentang Islam dan selain itu sudah banyak situs lain yang sudah membahas hal tersebut. Lagipula mengenai agama lain masih amat sedikit atau malah tidak ada yang mengulas secara mendetail pada situs lain.

Seperti halnya pernyataan seorang Kaskuser bernama kecapasinreload yang membuat thread berjudul Anda Bertanya Kristen Menjawab yang dikhususkan bagi siapapun juga untuk menanyakan sesuatu mengenai agama Kristen berikut ini.
Ada satu pertanyaan yang sering didengungkan Non-Kristen, apakah TS membuat Thread ini dengan maksud untuk Kristenisasi ?

Thread ini ditujukan kepada Siapapun yang atas kesadarannya sendiri tertarik kepada Kekristenan, apabila anda tidak tertarik, kenapa anda masuk ke Thread ini ?

Karya Penebusan Kristus yang kami imani itu gratis, tapi tidak murahan , memberikan Kabar Baik ini kepada orang yang secara jelas tidak menginginkannya, sama saja seperti perumpamaan di bawah ini :

Matius 7
6 "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.


Apakah Firman Tuhan itu akan diterima ? Jawabannya tidak.
Akan diterima dengan kakinya, di injak-injak dan anjing dan babi itu akan berbalik badan ke arah saya, dan mengoyak saya.

Ketika saya berbelanja ke sebuah toko buku beberapa waktu yang lalu, terdengar suara orang sedang memberi materi seminar.

Setelah saya dekati, ternyata yang di putar di Stand DVD tersebut adalah materi debatnya Ahmed Deedat yang seperti kita ketahui bersama, sedang melakukan sesuatu yang menurutnya "pembongkaran kebenaran Alkitab".

Materi itu tentu saja sangat Offensive bagi umat Kristiani, karena bagaimanapun, tidaklah etis memutar materi ini di tempat umum dan lagi ni nggak terjadi di satu tempat saja, di TB Y pun materi ini sering diputar.

Di suatu acara TV pun, di mana seorang wanita dengan wajah keibuan, dan tubuh yang gemuk, pernah saya dapati menyatakan di TV, bahwa Isa Al Masih hanyalah manusia biasa.

Pak Tifatul Sembiring pun sempat di kritik atas komentar nya menyamakan Kontroversi Video Ariel Peterpan dengan Penyaliban Isa Al Masih, yang mana dalam Islam menurut beliau Isa Al Masih tidak lah disalibkan.

Masjid sebelah rumah juga seringkali di dalam ceramahnya sang penceramah kerapkali menyebut masalah penyaliban Isa Al Masih dan bagaimana proses disamarkannya Isa dengan Yudas Iskariot.

Apakah ini upaya Islamisasi? Saya sebagai seorang Kristen tidak melihatnya sebagai "ancaman iman".

Umat Muslim tentu saja mencintai Agamanya dan ingin melakukan yang terbaik yang mereka bisa, dengan cara mereka sendiri, dan bagi saya hal ini manusiawi, selama tidak ada unsur pemaksaan di dalamnya

Jadi sangatlah tidak adil apabila Thread sederhana ini dikatakan sebagai usaha Kristenisasi ...
 Sumber: http://www.kaskus.co.id/showpost.php?p=288205718&postcount=1
»»  Selengkapnya...

Faktor dari Kasus Pedofilia Gereja Katolik

Kabar ini mulai hangat diawali dari Irlandia, kemudian mewabah ke seluruh Eropa dan dengan tiba-tiba melaju sampai ke benua Amerika hingga pada akhirnya juga terjadi di benua Australia yang teramat jauhnya. Hebatnya, kasus yang terjadi adalah hanya pedofilia semua. Sehingga, timbul sebuah pertanyaan, apakah yang menjadi faktor dari kasus yang marak terjadi seperti itu ?

Faktornya pun masih diperdebatkan. Teori mengenai faktor dari praktik selibat (tidak menikah) yang diterapkan oleh Gereja Katolik pun tidak mungkin sebab agama lain pun seperti Buddhisme pun juga mempraktekan sistem demikian tidak pernah terjadi seperti itu.

Namun, jika dianggap hanya kebetulan saja pun amatlah naif sekali mengingat banyaknya kasus dan pelakunya tersebut. Maka dari itu, diperlukanlah sebuah teori yang lebih spesifik lagi. Walaupun hal-hal yang menyangkut pelecehan seksual sudah ada menurut catatan Gereja Katolik sejak 1741 namun generalisasi hal tersebut makin sering terdengar / terjadi sejak 1990an.

Meskipun begitu, berbeda dengan kasus pernikahan homoseksual yang dilakukan oleh sekte-sekte kecil, perilaku itu tidaklah didukung Gereja ataupun menjadi kebijakan Gereja.

Menurut beberapa analis secara general, ini bisa disinyalir karena penyusupan dari penugasan para tenaga pastor yang sebenarnya tidak lolos "fit and proper test" untuk menjadi pelayan gereja sehingga dengan mudahnya oknum tersebut memanfaatkan jabatannya hanya demi memenuhi kepentingan diri sendiri. Hal ini juga dikuatkan oleh sebuah penelitian dari lembaga riset di Eropa menunjukan bahwa masalah yang sama tidak hanya khusus terjadi pada gereja Katolik namun ini adalah masalah general yang berkembang dimasyarakat bahwa terjadi kenaikan jumlah kasus pedofilia dalam 1 dekade terakhir.

Sehingga, hal itu tergantung dari gejala apa yang terjadi di lingkungan sekitar. Seperti halnya pula di India yang tak ada kasus pedofilia namun oknum perdagangan manusia yang juga marak terjadi dilakukan oleh seorang biarawati dan seorang imam selayaknya yang terjadi di Eropa.
»»  Selengkapnya...

Konflik Katolik-Protestan di Belfast

Setiap setahun sekali pada bulan Juli di Eropa Barat, selalu saja diributkan oleh sebuah pertikaian antara kaum Katolik dengan kaum Protestan di Belfast, Irlandia Utara yang disebabkan oleh penyelenggaran pawai kaum Protestan yang diselenggarakan secara tahunan yang konon sangat menyinggung kaum Katolik disana seperti yang diungkapkan oleh beberapa media berita berikut ini:
Dalam pemberitaan tersebut seakan terdapat perpecahan sosial diantara kedua kaum dibawah naungan Kristus tersebut. Namun kenyataannya, kubu konflik yang terjadi disana adalah soal dua bangsa, dua suku, dua desa yang bermusuhan satu dengan yang lain sejak turun-temurun namun kebetulan agamanya adalah Kristen yang beda aliran. Permusuhan mereka dipicu oleh perbedaan tersebut, bukan oleh agamanya.

Kerusuhan tersebut notabene hanyalah ketidakpuasan rakyat Irlandia Utara akan terus berlanjut sampai akhirnya rasa ultra-nasionalisme Irlandia Utara menyatu dengan nasionalisme Irlandia atau Inggris. Pawai yang diselenggarakan tersebut tersebut tentu saja menyinggung perasaan nasionalisme rakyat Irlandia Utara karena disebut sebagai peringatan kemenangan Inggris.

Identitas Katolik dengan identitas Protestan pada perjuangan nasionalisme Irlandia Utara adalah sesuatu yang dibesar-besarkan dalam konflik tersebut. Padahal masing-masing pada salah satu kubu kerusuhan tersebut belum tentu adalah penganut Katolik maupun Protestan yang semata-mata hanya semangat nasionalisme. Simbol-simbol yang dibawa oleh peserta parade sendiri juga bukanlah simbol dari Kekristenan manapun.

Kerusuhan akibat nasionalisme/sektarian tidak hanya terjadi antara Britania Raya dengan Irlandia Utara di Eropa Barat. Contoh lainnya adalah bangsa Frisian di Belanda dan bangsa Basque di Spanyol. Hanya saja keduanya sudah tidak terjadi lagi dalam 10-20 tahun terakhir.

Semua konflik yang terjadi tersebut pun sama sekali tidak ada satupun dukungan apapun sekalipun moril dari para pemimpin gereja manapun. Gereja jauh dari upaya buruk seperti itu. Lagipula, pergolakan antara Katolik dengan Protestan yang sebenarnya sendiri sudah selesai pada Abad Pertengahan dahulu kala.

Artikel Terkait:
»»  Selengkapnya...

Perampasan setelah Masuk Kristen di Afrika

When the missionaries came to Africa, they had the Bible and we had the land. They said, "Let us pray." We closed our eyes. When we opened them we had the Bible and they had the land. (Ketika para misionaris datang ke Afrika, mereka memiliki Alkitab dan kami memiliki tanah. Mereka mengatakan, "Mari kita berdoa". Kami menutup mata kita. Ketika kita membuka mata kita hanya memiliki Alkitab dan mereka memiliki tanah.)

Itulah yang konon dikatakan oleh seorang pribumi Afrika terkenal bernama Desmond Tutu. Adapula versi lainnya yang lebih terkenal yang berbunyi "Awalnya kami (rakyat Afrika) mempunyai kekayaan, lalu mereka (penjajah) datang membawa salib. Dan akhirnya kami hanya punya salib, dan mereka mengambil semua kekayaan".

Itulah sebuah penggalan yang memiliki sebuah arti bahwa setelah rakyat Afrika menganut agama Kristen kemudian seluruh harta mereka dirampas oleh penjajah misionaris pada masa kolonialisme negara Eropa yang tersebar ke masyarakat. Apakah benar demikian ?

Tentu tidak, seorang misionaris selalu hidup secara membiara (hidup sederhana) bahkan adapula yang hidupnya setara dengan para pribumi. Uang pegangannya pun sedikit. Ini dapat dilihat dari film, buku, maupun media terkait yang menampilkan sesosok demikian. Jadi, tidak mungkin seorang misionaris merampas tanah orang maupun mengambil harta kekayaan orang lain.

Ada pun yang melakukan adalah para penjajah yang hanya mementingkan harta dan kekuasaan. Para penjajah pun tak sama dengan misionaris bahkan hasil rampasan mereka pun tak pernah dibagikan oleh para misionaris sedikit pun.

Lagipula, bangsa Afrika sendiri merupakan salah satu bangsa yang telah memeluk agama Kristen pada jaman pra-kolonial atau lebih tepatnya sejak Abad ke-1 jauh sebelum masa kolonial: http://en.wikipedia.org/wiki/Christianity_in_Africa#History

Bahkan salah satu orang dari Afrika yang menganut agama Kristen pertama kali sendiri tercantum dalam Alkitab:

8:26 Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi.
8:27 Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah.
8:28 Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya.
8:29 Lalu kata Roh kepada Filipus: "Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!"
8:30 Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: "Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?"
8:31 Jawabnya: "Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?" Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya.
8:32 Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya.
8:33 Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi.
8:34 Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?"
8:35 Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.
8:36 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?"
8:37 Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."
8:38 Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.

Sumber: Kisah Para Rasul 8:26-28

Bahkan pada era kolonial sendiri, adapula pribumi yang sudah Kristen yang melawan para penjajah: http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_Ethiopia#1855-1936

Artikel Terkait:
»»  Selengkapnya...

Upacara Pemakaman Kristen

Sebuah kisah menceritakan bahwa terdapat seorang orangtua Non-Kristen berusia 80 tahun yang meminta agar dimakamkan sesuai tradisi agamanya. Suatu ketika, ia jatuh sakit dan dengan terpaksa dirawat di rumah putrinya yang menikah dengan seorang pendeta Kristen.

Beberapa bulan kemudian, terdengar kabar bahwa ia sedang dirawat di rumah sakit dalam keadaan koma/tidak sadarkan diri. Seminggu kemudian diberitakan bahwa ia wafat. Ketika jenazah disemayamkan, upacara kematiannya dilakukan secara Kristen. Putrinya kemudian memberi alasan agar ayahnya tidak menderita lagi dan ayahnya telah menerima Yesus karena itu upacaranya dilaksanakan secara Kristen.

Kemudian timbul sebuah pertanyaan:
  • Bagaimana mungkin orang yang tidak sadar bisa menerima Yesus ?
  • Bahkan, jika ayahnya masih sadar, pantaskah seorang anak memaksakan keyakinannya kepada orang tuanya ?
  • Begitukah cara ajaran Kristen memuliakan orang tua dengan mengabaikan pesan-pesannya sebelum meninggal ?
  • Sudah lupakah si putri itu saat dia masih kecil digendong, kalau ngompol bahkan buang air besar pun, orang tuanya yang membersihkan ?

Hal ini disampaikan oleh seorang keponakan dari keluarga terkait: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13380.msg412158.html#msg412158

Apakah mungkin upacara pemakaman Kristen mengintimidasi seperti itu ? Setelah ditelisik, diketemukanlah informasi mengenai cara-cara pemakaman tersebut: http://parokimariaratudamai.wordpress.com/2011/12/09/petunjuk-pelayanan-non-sakramental-sakramentali/

Upacara kematian dalam agama Kristen rupanya dilakukan dengan pelayanan sakramentali oleh pastor atau orang yang ditunjuk/diijinkan oleh pastor paroki. Yang berhak mendapatkan pelayanan adalah warga Kristen yang yang sudah terdaftar sebagai warga lingkungan dan kepersertaan sebagai warga dibuktikan dengan pembayaran iuran setiap bulan lewat ketua lingkungan. Bagi yang tidak termasuk keduanya perlu pertimbangan dari pastor.

Selain itu, adapula syarat administratif yakni harus menyerahkan kartu keluarga paroki baru, kutipan surat baptis, legalisasi surat nikah di gereja, surat pengantar mengikuti kursus perkawinan, dan aneka formulir seperti : Baptis, Krisma, Komuni I, Perkawinan, dan sejenisnya.

Jadi, tidak mudah membuat upacara pemakaman Kristen karena haruslah ada persyaratan dari itu semua. Terlebih lagi, Alkitab pun mengajarkan untuk menghormati orangtua seperti yang dikatakan pada ayat dari Kitab Keluaran yang terkandung dalam 10 Perintah Allah berikut ini:
Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. (Keluaran 20:12)
Maka dari itu, perlu diingatkan pula bahwa cara pemakaman itu salah karena tidak sesuai dengan aturan yang ada.

Artikel Terkait:
»»  Selengkapnya...

Pattimura Memang Pahlawan Kristen

Ada yang mengatakan bahwa kaum minoritas Indonesia merupakan pengkianat ketika selama masa penjajahan dengan alasan tidak ada satupun yang mau menumpahkan darah untuk merebut kemerdekaan bahkan pahlawan yang selama ini dianggap berasal dari kaum minoritas seperti Sisingamaraja dan Pattimura sebenarnya hasil manipulasi sehingga seolah-olah berasal dari kaum minoritas. Seperti pada pemberitaan berikut ini:
Pattimura Bukan Kristiani, Melainkan Muslim yang Taat
Ambon (Voa-Islam)- Menurut sejarawan Muslim Ahmad Mansur Suryanegara, Pattimura adalah seorang Muslim yang taat. Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. Data sejarah menyebutkan bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya.
Seperti diketahui, selama ini, dalam buku-buku sejarah, Kapitan Pattimura selalu disebut sebagai seorang Kristen. Inilah salah satu contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minoritas atas sejarah pejuang Muslim di Maluku dan Indonesia pada umumnya.
Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Sapura seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Dia adalah bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.
Mansyur Suryanegara berpendapat, bahwa Pattimura itu marga yang masih ada sampai sekarang. Dan semua orang yang bermarga Pattimura sekarang ini beragama Islam. Orang-orang tersebut mengaku ikut agama nenek moyang mereka yaitu Pattimura.
Masih menurut Mansyur, mayoritas kerajaan-kerajaan di Maluku adalah kerajaan Islam. Di antaranya adalah kerajaan Ambon, Herat, dan Jailolo. Begitu banyaknya kerajaan sehingga orang Arab menyebut kawasan ini dengan Jaziratul Muluk (Negeri Raja-raja). Sebutan ini kelak dikenal dengan nama Maluku.
Mansyur pun tidak sependapat dengan Maluku dan Ambon yang sampai kini diidentikkan dengan Kristen. Penulis buku “Menemukan Sejarah” (yang menjadi best seller) ini mengatakan, “Kalau dibilang Ambon itu lebih banyak Kristen, lihat saja dari udara (dari pesawat), banyak masjid atau banyak gereja. Kenyataannya, lebih banyak menara masjid daripada gereja.”
Buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis, “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan”.
Jadi asal nama Thomas Mattulessy dalam buku sejarah nasional adalah karangan dari Sapija. Sebenarnya Mattulessy bukanlah marga melainkan nama, yaitu Ahmad Lussy (Mat Lussy). Dan nama Thomas Mattulessy sebenarnya tidak pernah ada di dalam sejarah perjuangan rakyat Maluku (yang ada adalah Mat Lussy).
Perjuangan Pattimura
Pattimura bangkit memimpin rakyat Maluku menghadapi ambisi penjajah yang membawa misi Gold (emas/kekayaan), Gospel (penyebaran Injil), and Glory (kebanggaan). Perlawanan rakyat Maluku dilakukan karena kekhawatiran dan kecemasan rakyat akan timbulnya kembali kekejaman pemerintah Belanda seperti yang dilakukan masa pemerintahan VOC. Selain itu, Belanda menjalankan praktik-praktik monopoli perdagangan dan pelayaran Hongi, yang membabat pertanian hasil bumi yang tidak mau menjual kepada Belanda. Alasan lainnya, rakyat dibebani berbagai kewajiban berat, seperti kewajiban kerja, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi.
Akibat penderitaan itu maka rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata. Pada tahun 1817, perlawanan itu dikomandani oleh Kapitan Ahmad Lussy. Rakyat berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua. Bahkan residennya yang bernama Van den Bergh terbunuh. Perlawanan meluas ke Ambon, Seram, dan tempat-tempat lainnya.
Berulangkali Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat Maluku, tetapi berulangkali pula Belanda mendapat pukulan berat. Karena itu Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta. Keadaan jadi berbalik, Belanda semakin kuat dan perlawanan rakyat Maluku terdesak. Akhirnya Ahmad Lussy dan kawan-kawan tertangkap Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817 Ahmad Lussy beserta kawan-kawannya menjalani hukuman mati di tiang gantungan.
(Desastian/dbs)
Sumber: http://www.voa-islam.com/muslimah/mujahid/2011/11/09/16629/pattimura-bukan-kristiani-melainkan-muslim-yang-taat/

Hingga saat ini memang belum menemukan hasil klarifikasi dari berita tersebut lebih mendalam. Tetapi saya menemukan pada suatu artikel di Wikipedia bahasa Inggris dimana pada versi terdahulunya pernah dinyatakan demikian: http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Pattimura&oldid=378795814

Namun entah kenapa saat ini diisi dengan kisah yang selama ini kita dengar: http://en.wikipedia.org/wiki/Pattimura

Lihat perbedaannya antara versi terdahulunya dengan versi sekarangnya: http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Pattimura&diff=cur&oldid=378795814

Penolakan dari hal tersebut adalah dikarenakan alasan yang diberikan oleh seorang user setempat yang bernama Ngawuraje. Berikut kutipannya:
This text is based on one very biased source: "Api Sejarah", AM Suryanegara (Teks ini didasarkan pada sumber yang sangat tidak netral: "Api Sejarah", AM Suryanegara)
Dan memang benar bahwa peraturan di Wikipedia memang demikian: http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Sudut_pandang_netral

Hal ini sudah jelas terlihat dari penulisan topik tersebut yang memang sangat mendiskreditkan kaum minoritas dengan mengatakannya sebagai suatu pengkhianatan. Akan tetapi yang pasti adalah kaum minoritas tetap mempunyai tokoh pahlawan Indonesia. Bahkan seorang tokoh keagamaan kaum minoritas bernama Uskup Semarang Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ sekaligus adalah Uskup pribumi pertama diangkat Presiden Soekarno menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 1963.
Bahkan, aksi kepahlawanan beliau akan ditampilkan pada sebuah film berjudul Soegija yang dirilis pada tanggal 7 Juni 2012.
Lihat bukan, tokoh keagamaan dari kaum minoritas pun mempunyai sisi jasa kepahlawanan apalagi kaum minoritas lainnya yang bukan tokoh keagamaan.

Tak hanya dari kaum Kristen, kaum Hindu yang minoritas pun juga memiliki tokoh pahlawan yang bernama I Gusti Ngurah Rai dari Bali.
Apakah kaum Hindu juga dapat dikatakan melakukan manipulasi seperti yang dikatakan mengenai tokoh Pattimura tersebut ? Jika iya, atas dasar apa mereka melakukan demikian ? Tentu tidak bukan karena Bali telah dikenal identik dengan agama Hindu, tidak seperti di daerah Maluku. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kaum minoritas pun juga memiliki tokoh pahlawan.

UPDATED 9 Oct

Lalu, bagaimana dengan demografi menurut sejarawan Masyur tersebut ?

Dapat dibenarkan bahwa saat ini umat Kristen tidak lagi dominan dengan daerah Maluku. Namun justru hal ini dikarenakan pengadaan transmigrasi kaum mayoritas dari Jawa dan Madura pada masa modern yang secara besar-besaran dilakukan oleh pemerintahan Suharto selama tiga dekade ke wilayah Timur Indonesia telah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk dari kaum mayoritas disana sehingga untuk pertamakalinya, pada tahun 1990an umat Kristen menjadi minoritas di Maluku, bukan dari sejak jaman Pattimura: http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia#Demografi

Dan jangan lupa bahwa pasukan yang dipimpinnya pun berasal dari kaum Kristen termasuk diantaranya yang memimpinnya yang dari namanya saja sudah dikenal sebagai orang Kristen seperti Kapitan Paulus Tiahahu dan putrinya yakni Martha Christina Tiahahu:
Jelas terlihat bukan ? Jika pasukan yang dipimpinnya pun adalah kaum Kristen, maka tak diragukan lagi bahwa Pattimura pun memang Pahlawan Kristen.

Artikel Terkait:
»»  Selengkapnya...

Kebenaran Tahun Masehi

Berikut hujatannya:
Beberapa Kekeliruan Tahun Baru Masehi 1 Januari 2012
Malam ini orang banyak merayakan tahun baru Masehi untuk menyambut pergantian tahun 2011 ke tahun 2012.

Tahun kalender Masehi diciptakan pada abad ke-6 oleh seorang biarawan yang bernama Dionysius Exignus yang dihubung-hubungkan dengan momen kelahiran Yesus Kristus. Karenanya, tahun Masehi yang digunakan sekarang ini disebut juga Anno Domini (tahun Tuhan).

Karena awal tahun kalender Masehi merujuk kepada momen kelahiran Nabi Isa Al-Masih, maka dinamakan tahun Masehi (M) dan tahun Sebelum Masehi (SM).

Sedangkan dalam bahasa Inggris dan dipergunakan secara internasional, istilah Masehi disebut menggunakan bahasa Latin Anno Domini (AD) yang berarti tahun Tuhan kita, dan sebaliknya jaman prasejarah atau Sebelum Masehi disebut sebagai Before Christ (BC) yang berarti tahun sebelum Yesus lahir. Sistem ini mulai dirancang tahun 525.

Selain itu dalam bahasa Inggris juga dikenal sebutan Common Era/CE (Era Umum) dan Before Common Era/BCE (Sebelum Era Umum) bagi orang yang tidak ingin menggunakan nama tahun Kristen.

Penetapan tahun Masehi itu menyimpan banyak kerancuan.

Pertama, dengan pemisahan tahun Sebelum Masehi (tahun sebelum kelahiran Yesus) dan tahun Masehi (tahun sesudah kelahiran Yesus), berarti mereka beranggapan bahwa Yesus lahir pada tahun 0 Masehi. Padahal di dunia ini tidak pernah dikenal tahun 0 Masehi maupun tahun 0 Sebelum Masehi.

Kedua, Kerancuan lainnya seputar tahun Masehi adalah kapan Yesus dilahirkan ke dunia? Ketidakjelasan tanggal kelahiran Yesus, jelas memustahilkan klaim bahwa tahun 1 Masehi didasarkan pada hari kelahiran Yesus.

Ketiga, Dengan logika sederhana, jika misalnya diyakini Yesus lahir tanggal 1 Januari tahun 1 Masehi, mengapa umat Kristen merayakan Natal pada tanggal 25 Desember? Mengapa mereka tidak merayakan Natal pada 1 Januari? Jika ngotot mempertahankan Yesus lahir tanggal 25 Desember, berarti angka penanggalan Masehi di seluruh dunia harus diralat, harus dimajukan 6 hari.

Keempat, penetapan tahun 1 Masehi kontradiktif dengan Bibel (Alkitab), kitab suci kristiani. Bibel mengisahkan bahwa Yesus lahir pada zaman Raja Herodes (Matius 2:1). Padahal sejarah mencatat bahwa Raja Herodes hidup dari tahun 37 SM sampai tahun 4 SM (Kamus Alkitab, hal. 343).

Data ini diperkuat oleh sejarawan Yahudi yang bernama Flavius Yosefus, bahwa raja Herodes meninggal dunia pada tahun 4 SM.

Dengan data ini, jelaslah bahwa tanggal 1 Masehi Yesus belum lahir karena tahun 4 SM Herodes sudah meninggal. Otomatis, berdasarkan ayat Bibel tersebut, Yesus harus lahir selambat-lambatnya tahun 4 SM.

Jika ayat Bibel benar maka umat Kristen harus meralat kalender Masehi di seluruh dunia dengan memajukan empat tahun. Dengan kata lain, menurut Bibel, tahun 2012 ini yang benar adalah tahun 2016. [ahmad hizbullah/suaramuslim]

Perhatikan pada asumsi ketiga tersebut, secara tak sadar hal tersebut telah meruntuhkan sendiri seluruh asumsi yang ada pada hujatan tersebut yang menyatakan bahwa Tahun Masehi didasari oleh momen kelahiran Yesus Kristus karena jika demikian tentu saja tidak ada yang namanya Natal pada tanggal 25 Desember.

Demikian pula sebaliknya, jika momen kelahiran Yesus Kristus adalah Tahun Baru kenapa pula penetapan Tahun Baru itu sendiri berbeda hari yakni 1 Januari. Tentunya perayaannya tak perlu 2 hari yang amat jauh seperti itu, bukan ?

Lagipula maksud dari Tahun Masehi seperti yang kita kenal adalah mengacu kepada tahunan dan bukannya tanggalan seperti halnya Tahun Imlek dan Tahun Jawa. Dan jelas terlihat bahwa hal ini tak ada hubungannya dengan perayaan kelahiran Yesus tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebutan Before Christ (Sebelum Kristus) dan After Christ (Setelah Kristus) hanyalah sebuah penyebutan saja sebagai pembagian periode yang memang juga bertepatan dengan abad sebelum dan sesudah tahun-tahun kelahiran Yesus Kristus.

Sebaliknya, pembagian Tahun Masehi tersebut bermaksud membagi antara jaman Prasejarah dengan jaman Sejarah pada daerah umumnya di seluruh dunia. Jaman Prasejarah ialah jaman dimana belum adanya catatan sejarah sementara jaman Sejarah adalah setelahnya: http://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarah

Dan pastinya pembagian ini sudah menjadi kepastian ilmu sejarah yang tidak bisa diganggu gugat seperti halnya yang dilakukan oleh hujatan ini.

Artikel Terkait:
»»  Selengkapnya...

Memerangi Invasi LGBT (2): Penjelasan dari Agama Kristen

Akhir-akhir ini terlihat banyak sekali berita yang amat menyerang dunia Kristen yakni mengenai missi hak LGBT yang telah berhasil menyerang gereja di dunia baik itu pernikahan homoseksual dari umat awam sampai dari kaum pendeta.

Secara teknis Alkitabiah, Homoseksual jelas tidak diperbolehkan karena sudah dari cerita penciptaan pun Tuhan sendiri telah memasangkan Adam (laki-laki) dengan Hawa (perempuan) dan tentunya tidak dengan Adam II atau sejenisnya.

Bahkan dalam kitab Perjanjian Baru sendiri telah dituliskan secara lebih jelas.
Roma 1
25 Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.
26 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.
27 Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.
Sumber: Roma 1:25-27

Namun kenapa kemudian pernikahan Homoseksual tersebut dapat dilangsungkan di Gereja ? Itulah yang akan kita ulas disini.

Jika diperhatikan dengan seksama, sebenarnya berita mengenai pernikahan di gereja semacam ini dilangsungkan pada gereja-gereja sekte atau berdoktrin terpisah/berbeda dengan yang pada umumnya seperti Evangelical, Mormon, dan lain sebagainya termasuk diantaranya adalah Metropolitan Community Church yang dikhususkan bagi kaum demikian: http://en.wikipedia.org/wiki/Metropolitan_Community_Church

Raja Henry VIII
Memang penciptaan sekte tersebut terkadang memiliki alasan yang menyimpang bahkan dari ajaran Kristus sendiri, meskipun tidak semuanya demikian. Seperti halnya pada sejarah kekristenan di Inggris dimana pada tahun 1534 raja Inggris sendiri yakni Raja Henry VIII menyatakan Gereja di Inggris memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma setelah sebelumnya menerima penolakan dari perijinannya untuk berpoligami hingga akhirnya berdirilah Gereja Anglikan (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Inggris#Sejarah)

NB: mengenai keterangan soal pelarangan Kristen terhadap poligami dapat dilihat disini: Alasan Kristen Melarang Poligami

Selain masalah mengenai poligami, adapula mengenai masalah pelarangan perempuan memimpin kebaktian, masalah hidup selibat, dan lain sebagainya termasuk diantaranya yang terjadi baru-baru ini yakni pernikahan Homoseksual.

Untuk itulah, Kristen Protestan memberi gagasan Back to Bible (Kembali ke Alkitab) bagi seluruh umat Kristen. Gagasan tersebut adalah menekankan agar ajaran yang berasal dari Alkitab ataupun berdasarkan Alkitab lebih ditinggikan dari segalanya dalam hal kerohanian.

Namun, kenapa sekte tersebut mengatasnamakan Kristen ? Hal itu dikarenakan kepercayaan rohani di dunia Barat semua dianggapnya sebagai Kristen saja. Adapula karena pencipta dari sekte itu sendiri memang berasal dari Kristen sendiri sehingga ajarannya tak lepas dari yang ia anut dulu sehingga dikategorikan pula sebagai Kristen. Maka dari itu, pantaslah jika sekte-sekte tersebut diberi teguran dalam bentuk Epic Fail sebagai berikut:

Kiri: Konyol kalian. Tidakah kau tahu Sola Scriptura adalah didalam Alkitab.
Kanan: Benarkah ? Kamu berpikir seperti itu disana ? Kamu mungkin ingin melihat disana lagi.

Selain itu, alasan lain dari hal ini adalah dikarenakan peraturan yang berlaku telah memberi hak untuk missi LGBT pada negara yang disinggahi oleh Gereja tersebut. Mau tak mau pihak Gereja yang dimintai untuk melakukan pemberkatan terhadap pasangan tak lazim tersebut walau ajaran pada Gereja tersebut melarangnya. Jika tidak memberi ijin maka Gereja itu akan dikatakan telah melanggar hak yang dimiliki oleh pasangan tersebut. Seperti halnya dalam aturan membayar pajak dimana seluruh lapisan masyarakat walau bagaimana pun harus menaatinya. Salah satu fakta dari alasan ini adalah berita yang tercantum pada sebuah media Barat bernama Daily Mail berikut ini: http://www.dailymail.co.uk/news/article-2069426/Church-offer-gay-weddings-Camerons-plans-given-ahead.html

Pernikahan Lesbian di Taiwan
Itu pula yang dialami oleh sebuah Wihara di Taiwan yang menikahkan pasangan Lesbian padahal ajaran Buddha sendiri juga telah melarang hal tersebut.

Namun tentunya jika Gereja dan Wihara tersebut berada di negara yang melarang LGBT tentu tempat ibadah tersebut terbebas dari permintaan ataupun ancaman tuduhan melanggar hak tersebut. Maka dari itu bagi seluruh masyarakat untuk menentang missi LGBT tersebut karena walau bagaimana pun hal tersebut tidaklah sesuai dengan norma yang berlaku.

Artikel Terkait:
»»  Selengkapnya...

St. Teresa dari Avila & Visions of Ecstasy

Sebuah film pendek berdurasi 19 menit berjudul Visions of Ecstasy karya sutradara Nigel Wingrove telah dilarang di Inggris selama 23 tahun sebelum akhirnya pada tahun 1989 diijinkan oleh lembaga sensor film Inggris BBFC untuk ditonton bebas namun hanya diperbolehkan untuk 18 tahun keatas (sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Visions_of_Ecstasy yang diterjemahkan oleh http://bolosrewu.blogspot.com/2012/04/visions-of-ecstasy.html dan juga http://www.voa-islam.com/counter/christology/2012/02/22/17862/hmm-film-yesus-dirayu-suster-katolik-di-atas-salib-beredar-khusus-dewasa/)

Hal ini dikarenakan beberapa bagian dari film ini sangat menyinggung yakni adegan yang memperlihatkan seorang suster Spanyol, St Teresa dari Avila merayu Yesus Kristus di atas kayu salib.

Apakah benar Santa tersebut benar-benar demikian. Apakah arti atau maksud dari rayuan tersebut ? Atau apakah mungkin ini hanyalah selipan dari filmnya saja ?

Untuk itu mari kita kenali terlebih dahulu siapakah itu Santa Teresa dari Avila tersebut.

 Teresa of Ávila oleh François Gérard
Santa Teresa Ávila, juga dipanggil Santa Teresa Yesus, dibaptis dengan nama Teresa Sanchez de Cepeda y Ahumada (lahir di Gotarrendura (Ávila), Old Castile, Spanyol, 28 Maret 1515 – meninggal di Alba de Tormes, Salamanca, Spanyol, 4 Oktober 1582 pada umur 67 tahun) adalah seorang mistik, biarawati Karmelit dan penulis Anti Reformasi. Dia seorang pembaharu Ordo Karmelit dan bersama Yohanes Salib merupakan pendiri Karmelit Ciaka. Pada 1970 dia diberi gelar Doktor Gereja oleh Paus Paulus VI.

Teresa de Cepeda y Ahumada dilahirkan pada 1515 di Gotarrendura, Spanyol. Kakek dari ayahnya, Juan de Toledo, adalah seorang orang Yahudi yang beralih ke Kristen dan dituduh oleh Inkuisisi Spanyol karena kembali ke kepercayaan Yahudi. Ayahnya, Alonso Sánchez de Cepeda, membeli gelar ksatria dan berhasil berasimilasi ke dalam lingkungan Kristen. Ibu Teresa, Beatriz, mendidik anaknya ajaran Kristen. Teresa merasa kagum oleh kehidupan para santo, dan lari dari rumah pada umur tujuh bersama saudaranya Rodrigo untuk mencari martirdom di antara Moors. Pamannya mencegah mereka pada saat dia kembali ke kota dan melihat mereka di luar tembok kota.

Pada umur 20 Teresa meninggalkan rumah ayahnya, dan masuk ke biara Inkarnasi Karmelit di luar Avila. Di dalam biara, dia menderita penyakit. Pada masa awal sakit, dia mengalami periode ekstasi keagamaan melalui bacaan "Tercer abecedario espiritual," (Alfabet Spiritual Ke-3) yang dipublikasi pada 1527 dan ditulis oleh Francisco de Osuna. Dia juga membaca buku Tractatus de oratione et meditatione karya Peter Alcantara.

Pada 1556, banyak teman manyatakan bahwa pengetahuannya berasal dari Setan. Dia mulai menjalani penyiksaan diri dan mortifikasi badan. Tapi rekannya, Santo Francis Borgia seorang Yesuit, memastikan dia bahwa inspirasinya berasal dari Tuhan. Pada hari St. Peter di 1559, Teresa yakin bahwa Yesus Kristus hadir dalam tubuhnya. Visi Yesus Kristus ini hadir selama 2 tahun. Dalam visi lainnya, Teresa menulis seraph menusukan tombak emas ke jantungnya, menyebabkan sakit jasmani-rohani. Ingatan akan kejadian ini mendorongnya dan memotivasinya untuk mengikuti penderitaan Yesus, tercatat sebagai motonya: "Bapa, biarkan aku menderita atau biarkan aku mati." Visi ini menjadi hasil karya Bernini paling terkenal Ekstasi St. Theresa di Santa Maria della Vittoria di Roma. (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Teresa_Avila)

Pengalaman periode ekstasi keagamaan ketika masa sakit itulah yang dimaksud dari adegan Santa tersebut bersama dengan Yesus pada film tersebut mengingat kesamaan judul tersebut.

Inilah tiga tahapan kehidupan rohani yang terdiri dari tujuh bilik dalam puri batin menurut Santa Teresa dari Avila tersebut:

Tahap satu: Pemurnian bagi para pemula
Puri kesatu, ciri- cirinya: hidup secara umum dalam kondisi rahmat, tetapi hanya berdoa sesekali, dan hanya didominasi oleh tujuan- tujuan duniawi
Puri kedua: terjadi pergumulan melawan keduniawian, mengadakan meditasi (merenungkan Sabda Tuhan)
Puri ketiga: hidup teratur dengan melaksanakan kebajikan- kebajikan, secara teratur ber-meditasi dan melakukan praktek yang saleh lainnya.

Tahap dua: Penerangan bagi yang telah berpengalaman (‘proficient‘)
Puri ke-empat: ‘prayer of quiet’ (doa hening), yang didahului dengan rekoleksi, yang ditandai dengan kesadaran yang penuh akan kehadiran Tuhan di dalam jiwa. Doa hening ini adalah semacam penyalaan kehendak sesuai dengan kehendak Tuhan, yang ditandai dengan pertumbuhan dalam semua kebajikan, takut akan Allah, kerendahan hati, percaya penuh akan kuasa Tuhan, dan kemerdekaan rohani.

Tahap tiga: Persatuan [dengan Tuhan]
Puri kelima: ‘prayer of quiet’: persatuan sederhana. Cirinya: tidak ada distraksi/pelanturan, kepastian akan persatuan yang erat dengan Tuhan, kehendak yang kuat dan kerendahan hati yang sangat mendalam.
Puri keenam: ‘ecstatic’/ conforming union: persatuan yang menyesuaikan dengan Kristus. Cirinya: luka-luka kasih, percobaan/ ujian yang terlihat dari luar ataupun di dalam hati, kehendak yang kuat, ‘spiritual betrothal’.
Puri ketujuh: ‘Mysical Marriage’/ Perkawinan Mistik atau transforming union: persatuan yang mengubah menjadi seperti Kristus. Cirinya: kehendak yang kuat untuk melayani Tuhan dan menderita bagi-Nya; melupakan kehendak diri sendiri, hanya memusatkan diri pada Tuhan dan segala kehendak-Nya.

Sumber: http://katolisitas.org/6440/the-dark-night-of-the-soul

Tujuh bilik dalam puri batin dalam tiga tahapan kehidupan rohani menurut Teresa Avila tersebut memiliki arti simbolis untuk batin dan jiwa dan tidaklah diartikannya secara literal (dengan visualisasi) mengingat seringnya orang yang salah tafsir sebagai pertemuan dengan Kristus yang sebenarnya. Seperti halnya pula dengan berdoa yang dianggap berbicara dengan Tuhan dalam arti rohani.

Jadi jelas bahwa isi dari film ini lagi-lagi adalah hasil pelintiran dari fakta yang ada sehingga tidak perlu dipersoalkan. Dan lebihnya lagi, film ini bukanlah bagian dari visualisasi keagamaan karena sutradaranya sendiri yakni Nigel Wingrove memang merupakan seorang pembuat film melecehkan: http://en.wikipedia.org/wiki/Nigel_Wingrove

Selain film ini, ia juga membuat film melecehkan berdurasi pendek lainnya seperti Axel (1988), Faustine (1990), Sacred Flesh (1999), Satanic Sluts: The Black Order Cometh (2007), Satanic Sluts II: The Black Masses (2008), dan Satanic Sluts III: Scandalized (2009)

Sehingga apa yang dituduhkan mengenai visualisasi keagamaan tersebut adalah salah karena justru film tersebut untuk melecehkan. Film resmi mengenai kehidupan dari St Teresa dari Avila adalah berjudul Teresa de Jesús: http://en.wikipedia.org/wiki/Teresa_de_Jes%C3%BAs_%28film%29
»»  Selengkapnya...