Indonesia Negara Terburuk Dalam Hal Menyambut Natal

Ditengah-tengah kemeriahan Natal di seluruh dunia, ada pula orang-orang macam MUI yang jangankan membolehkan ikut Natal, mengucapkan ucapan selamat Natal saja tak boleh. Bagaimana dapat dianggap toleran kalau mengucapkan selamat Natal saja tak boleh ? Hal ini berlainan dengan pemikiran NU yang dikenal terbuka pada umat lainnya. Salah satu alasan yang paling menggelikan adalah pertanyaan "apakah orang non-Muslim juga mau mengucapkan kalimat syahadat ?". Padahal sudah jelas kalo yang namanya ucapan selamat Natal perbandingannya adalah ucapan selamat Imlek, Idul Fitri, Waisak, dlsb, bukannya kalimat syahadat karena kalimat syahadat perbandingannya adalah Pengakuan Iman Rasuli.

Namun, apakah harus hari Natal ditanggapi dengan hal seperti itu ?

Tentu tidak, coba saja bandingkan dengan semarak Natal di Manado. Konon, orang-orang dari luar Manado ada yang kaget ketika melihat adanya orang Muslim bahkan perempuan berjilbab juga mengikuti pawai Sinterklas.


Di luar negeri pun, hari Natal pun bahkan dirayakan lebih meriah. Di Jepang contohnya, sekalipun penduduknya mayoritas bukanlah Kristen, kebudayaan Barat dan Kristen dipakai ketika Natal dan pernikahan, sementara kelahiran diurus oleh agama Shinto dan pemakaman diurus oleh agama Buddha.


Petinggi-petinggi Syiah Iran sekalipun, ketika Natal juga berbondong-bondong memberikan ucapan Natal.


Di Lebanon, sebuah pohon Natal berdiri tegak di depan sebuah masjid.


Di Amerika Serikat, umat Buddha pun juga ikut memeriahkan Natal.



Bahkan kaum Atheis sendiri pun juga mengajak orang-orang sepemikirannya sendiri untuk merayakan Natal. Walaupun pakai motif menjelek-jelekkan agama.

"Kita tahu bahwa populasi besar (umat) 'Kristen' sebenarnya adalah ateis yang merasa terjebak dalam agama keluarga mereka. Jika Anda tahu tuhan adalah sebuah mitos, Anda tidak perlu berbohong dan menyebut diri 'Kristen' untuk menikmati musim liburan meriah ini. Anda tetap bisa bergembira tanpa mitos, dan memang harus demikian," ungkap David Silverman, pemimpin American Atheis seperti dikutip dari Christianpost.
Dan masih banyak lagi keikutsertaan kemeriahan Natal lainnya. Jadi, sungguh aneh jika ada orang-orang yang melarang keikutsertaan dalam Natal apalagi melarang ucapan selamat Natal.

NB: Artikel ini dibuat ketika Ramadan juga untuk membalas kejadian ketika Natal malah mengeluarkan soal fatwa Natal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar