- http://chiesa.espresso.repubblica.it/articolo/7058?eng=y
- http://www.persecution.org/category/countries/asia/sri-lanka/
- http://www.bbc.co.uk/news/world-south-asia-14926002
Sangat disayangkan karena dalam ajaran Buddha justru berkata sebaliknya: http://filsafat.kompasiana.com/2010/02/06/toleransi-dalam-agama-buddha/
Janganlah kita menghormati agama kita sendiri dengan mencela agama lain. Sebaliknya agama lain pun hendaknya dihormati atas dasar-dasar tertentu. Dengan berbuat demikian kita membuat agama kita sendiri berkembang, selain menguntungkan pula agama lain. Jika kita berbuat sebaliknya, kita akan merugikan agama kita sendiri selain merugikan agama lain. Oleh karena itu, barangsiapa menghormati agamanya sendiri dan mencela agama lain, semata-mata terdorong oleh rasa bakti kepada agamanya sendiri dengan pikiran ‘Bagaimana aku dapat memuliakan agamaku sendiri’, justru ia akan merugikan agamanya sendiri. Karena itu kerukunan dianjurkan dengan pengertian biarlah semua orang mendengar dan menghormati ajaran yang dianut orang lain. (Prasasti Raja Asoka)Maka dari itu, pastilah ada maksud logis selain karena alasan keagamaan. Namun tenang saja, suatu saat akan terjadi kesadaran dari mereka sendiri. Seperti halnya sebuah pertentangan pada Abad Pertengahan antara Paus Leo X dengan seorang reformator bernama Martin Luther yang pada akhirnya Gereja Katolik menerima dengan lapang dada kaum Protestan yang melepaskan diri dari kekuasaan Gereja Vatikan. Demikian pula dengan kasus ini yang akan berakhir dengan tuntutan ajaran mereka yang welas asih.
Artikel Terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar