Diskriminasi Minoritas di Sri Lanka

Setiap tahunnya, selalu terjadi intimidasi dan radikalisasi di Sri Lanka dengan berbagai kerusuhan dan intimidasi serta pembunuhan. Tindak kekerasan itu sering dilakukan terhadap kaum minoritas seperti Hindu, Kristen dan Muslim serta dengan beraninya mengatasnamakan kaum Buddhist hanya karena kebetulan berada pada lingkungan umat Buddhist seperti pada beberapa berita berikut ini:
Bahkan ada diantara mereka yang mendatangkan orang-orang yang berpakaian bikkhu: http://persecutedchurch.blogspot.com/2009/11/update-on-attack-on-sri-lankan-church.html

Sangat disayangkan karena dalam ajaran Buddha justru berkata sebaliknya: http://filsafat.kompasiana.com/2010/02/06/toleransi-dalam-agama-buddha/
Janganlah kita menghormati agama kita sendiri dengan mencela agama lain. Sebaliknya agama lain pun hendaknya dihormati atas dasar-dasar tertentu. Dengan berbuat demikian kita membuat agama kita sendiri berkembang, selain menguntungkan pula agama lain. Jika kita berbuat sebaliknya, kita akan merugikan agama kita sendiri selain merugikan agama lain. Oleh karena itu, barangsiapa menghormati agamanya sendiri dan mencela agama lain, semata-mata terdorong oleh rasa bakti kepada agamanya sendiri dengan pikiran ‘Bagaimana aku dapat memuliakan agamaku sendiri’, justru ia akan merugikan agamanya sendiri. Karena itu kerukunan dianjurkan dengan pengertian biarlah semua orang mendengar dan menghormati ajaran yang dianut orang lain. (Prasasti Raja Asoka)
Maka dari itu, pastilah ada maksud logis selain karena alasan keagamaan. Namun tenang saja, suatu saat akan terjadi kesadaran dari mereka sendiri. Seperti halnya sebuah pertentangan pada Abad Pertengahan antara Paus Leo X dengan seorang reformator bernama Martin Luther yang pada akhirnya Gereja Katolik menerima dengan lapang dada kaum Protestan yang melepaskan diri dari kekuasaan Gereja Vatikan. Demikian pula dengan kasus ini yang akan berakhir dengan tuntutan ajaran mereka yang welas asih.

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar