Hal ini dikarenakan beberapa bagian dari film ini sangat menyinggung yakni adegan yang memperlihatkan seorang suster Spanyol, St Teresa dari Avila merayu Yesus Kristus di atas kayu salib.
Apakah benar Santa tersebut benar-benar demikian. Apakah arti atau maksud dari rayuan tersebut ? Atau apakah mungkin ini hanyalah selipan dari filmnya saja ?
Untuk itu mari kita kenali terlebih dahulu siapakah itu Santa Teresa dari Avila tersebut.
Teresa of Ávila oleh François Gérard |
Teresa de Cepeda y Ahumada dilahirkan pada 1515 di Gotarrendura, Spanyol. Kakek dari ayahnya, Juan de Toledo, adalah seorang orang Yahudi yang beralih ke Kristen dan dituduh oleh Inkuisisi Spanyol karena kembali ke kepercayaan Yahudi. Ayahnya, Alonso Sánchez de Cepeda, membeli gelar ksatria dan berhasil berasimilasi ke dalam lingkungan Kristen. Ibu Teresa, Beatriz, mendidik anaknya ajaran Kristen. Teresa merasa kagum oleh kehidupan para santo, dan lari dari rumah pada umur tujuh bersama saudaranya Rodrigo untuk mencari martirdom di antara Moors. Pamannya mencegah mereka pada saat dia kembali ke kota dan melihat mereka di luar tembok kota.
Pada umur 20 Teresa meninggalkan rumah ayahnya, dan masuk ke biara Inkarnasi Karmelit di luar Avila. Di dalam biara, dia menderita penyakit. Pada masa awal sakit, dia mengalami periode ekstasi keagamaan melalui bacaan "Tercer abecedario espiritual," (Alfabet Spiritual Ke-3) yang dipublikasi pada 1527 dan ditulis oleh Francisco de Osuna. Dia juga membaca buku Tractatus de oratione et meditatione karya Peter Alcantara.
Pada 1556, banyak teman manyatakan bahwa pengetahuannya berasal dari Setan. Dia mulai menjalani penyiksaan diri dan mortifikasi badan. Tapi rekannya, Santo Francis Borgia seorang Yesuit, memastikan dia bahwa inspirasinya berasal dari Tuhan. Pada hari St. Peter di 1559, Teresa yakin bahwa Yesus Kristus hadir dalam tubuhnya. Visi Yesus Kristus ini hadir selama 2 tahun. Dalam visi lainnya, Teresa menulis seraph menusukan tombak emas ke jantungnya, menyebabkan sakit jasmani-rohani. Ingatan akan kejadian ini mendorongnya dan memotivasinya untuk mengikuti penderitaan Yesus, tercatat sebagai motonya: "Bapa, biarkan aku menderita atau biarkan aku mati." Visi ini menjadi hasil karya Bernini paling terkenal Ekstasi St. Theresa di Santa Maria della Vittoria di Roma. (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Teresa_Avila)
Pengalaman periode ekstasi keagamaan ketika masa sakit itulah yang dimaksud dari adegan Santa tersebut bersama dengan Yesus pada film tersebut mengingat kesamaan judul tersebut.
Inilah tiga tahapan kehidupan rohani yang terdiri dari tujuh bilik dalam puri batin menurut Santa Teresa dari Avila tersebut:
Tahap satu: Pemurnian bagi para pemula
Puri kesatu, ciri- cirinya: hidup secara umum dalam kondisi rahmat, tetapi hanya berdoa sesekali, dan hanya didominasi oleh tujuan- tujuan duniawi
Puri kedua: terjadi pergumulan melawan keduniawian, mengadakan meditasi (merenungkan Sabda Tuhan)
Puri ketiga: hidup teratur dengan melaksanakan kebajikan- kebajikan, secara teratur ber-meditasi dan melakukan praktek yang saleh lainnya.
Tahap dua: Penerangan bagi yang telah berpengalaman (‘proficient‘)
Puri ke-empat: ‘prayer of quiet’ (doa hening), yang didahului dengan rekoleksi, yang ditandai dengan kesadaran yang penuh akan kehadiran Tuhan di dalam jiwa. Doa hening ini adalah semacam penyalaan kehendak sesuai dengan kehendak Tuhan, yang ditandai dengan pertumbuhan dalam semua kebajikan, takut akan Allah, kerendahan hati, percaya penuh akan kuasa Tuhan, dan kemerdekaan rohani.
Tahap tiga: Persatuan [dengan Tuhan]
Puri kelima: ‘prayer of quiet’: persatuan sederhana. Cirinya: tidak ada distraksi/pelanturan, kepastian akan persatuan yang erat dengan Tuhan, kehendak yang kuat dan kerendahan hati yang sangat mendalam.
Puri keenam: ‘ecstatic’/ conforming union: persatuan yang menyesuaikan dengan Kristus. Cirinya: luka-luka kasih, percobaan/ ujian yang terlihat dari luar ataupun di dalam hati, kehendak yang kuat, ‘spiritual betrothal’.
Puri ketujuh: ‘Mysical Marriage’/ Perkawinan Mistik atau transforming union: persatuan yang mengubah menjadi seperti Kristus. Cirinya: kehendak yang kuat untuk melayani Tuhan dan menderita bagi-Nya; melupakan kehendak diri sendiri, hanya memusatkan diri pada Tuhan dan segala kehendak-Nya.
Sumber: http://katolisitas.org/6440/the-dark-night-of-the-soul
Tujuh bilik dalam puri batin dalam tiga tahapan kehidupan rohani menurut Teresa Avila tersebut memiliki arti simbolis untuk batin dan jiwa dan tidaklah diartikannya secara literal (dengan visualisasi) mengingat seringnya orang yang salah tafsir sebagai pertemuan dengan Kristus yang sebenarnya. Seperti halnya pula dengan berdoa yang dianggap berbicara dengan Tuhan dalam arti rohani.
Jadi jelas bahwa isi dari film ini lagi-lagi adalah hasil pelintiran dari fakta yang ada sehingga tidak perlu dipersoalkan. Dan lebihnya lagi, film ini bukanlah bagian dari visualisasi keagamaan karena sutradaranya sendiri yakni Nigel Wingrove memang merupakan seorang pembuat film melecehkan: http://en.wikipedia.org/wiki/Nigel_Wingrove
Selain film ini, ia juga membuat film melecehkan berdurasi pendek lainnya seperti Axel (1988), Faustine (1990), Sacred Flesh (1999), Satanic Sluts: The Black Order Cometh (2007), Satanic Sluts II: The Black Masses (2008), dan Satanic Sluts III: Scandalized (2009)
Sehingga apa yang dituduhkan mengenai visualisasi keagamaan tersebut adalah salah karena justru film tersebut untuk melecehkan. Film resmi mengenai kehidupan dari St Teresa dari Avila adalah berjudul Teresa de Jesús: http://en.wikipedia.org/wiki/Teresa_de_Jes%C3%BAs_%28film%29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar