Rupanya hal tersebut membuat mereka menjadi sombong. Tuhan menjadi tidak suka dengan mereka. Akibatnya Tuhan mengacaukan kata-kata mereka dan menciptakan bahasa yang berbeda-beda. Kota itu tidak pernah selesai dan diberi nama Babel yang artinya kacau dan membingungkan.
Kitab Suci menggambarkan kisah Menara Babel sebagai suatu gambaran bahwa Allah mengacaubalaukan manusia yang ingin menyombongkan diri diantara bangsa-bangsa lainnya. Kesombongan membuahkan kegagalan dan kekecewaan. Orang-orang yang penuh dengan semangat ingin menunjukan kemampuannya membuat kota dan menara akhirnya dibuka matanya bahwa kegagalanlah yang dideritanya.
Rupanya orang Papua memiliki cerita rakyat yang mirip dengan kisah Menara Babel ini. Mari kita simak jalan ceritanya.
Menara Wloin Ke Langit
Konon di Papua, diceritakan bahwa orang
Rakyat Wloin beramai-ramai membangun menara dan menara itu semakin lama semakin tinggi. Ketika menara itu sudah sangat tinggi, mereka menari-nari di menara itu, sebab mereka mengira sebentar lagi mereka akan melihat Tuhan. Tetapi, menara itu mulai bergoyang ke kiri dan ke kanan. Tuhan rupanya tidak senang dengan kesombongan mereka. Seorang ibu hamil yang tidak dapat turut bekerja memperingatkan mereka bahwa menara itu akan roboh. Mereka tak menghiraukannya, bahkan mereka mengatakan, "Dia adalah perempuan malas." Mereka terus menari-nari dan menara itu terus bergoyang dan dan akhirnya roboh. Semua rakyat Wloin di menara itu mati tertimpa menara yang roboh, tetapi wanita hamil itu tidak tertimpa menara dan tetap hidup. Konon, ia menjadi ibu dari orang-orang Papua sekarang ini. (Cerita rakyat daerah Irian Jaya & Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar KTSP "Menjadi Murid Yesus" 2A SD)
Ketua suku Wloin menjadi sombong karena ia merasa dirinya dapat mencapai Tuhan di langit. Ia menganggap dirinyalah yang paling hebat. Dan akibat kesombongan adalah kurang disukai dan hidup tidak seperti yang dikatakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar