5 kerabat sedarah yang berbeda kepercayaan

1. Kakeknya Kiai, Cucunya Uskup.

Orang tentu mengenal siapa itu Albertus Soegijapranata yang merupakan Uskup Agung pribumi pertama di Indonesia. Namun siapa yang menyangka bahwa kakek Soegija yang bernama Soepa merupakan seorang kiai.

2. Saudara Seayah Beda Ibu, Yang Satu Pendeta, Yang Satu Ulama.


Orang Indonesia mungkin sudah tidak asing dengan ulama Indonesia yang sempat menjadi pemimpin Muhammadiyyah yang bernama Hamka. Namanya sempat menuai kontroversi ketika ia mengeluarkan fatwa yang mengharamkan Muslim ikut perayaan Natal. Namun siapa sangka bahwa ia memiliki seorang saudara seayah beda ibu bernama Willy Amrull yang menjadi seorang pendeta GPII.

3. Saudari Kembar, Yang Satu Berjilbab, Yang Satu Suster.

Seorang pengguna Facebook yang bernama Bernadus Yohanes Raldy Doy membuat sebuah kabar yang mengejutkan ketika ia menemui sepasang saudari kembar dimana yang satunya adalah seorang Muslim yang berjilbab sementara yang satunya lagi adalah seorang suster yang mengabdi pada Kongregasi PBHK dan sekarang berkarya di Marauke, Papua.

4. Ibunya Berjilbab, Anaknya Jadi Pastur.


Siapa yang menyangka, pada Sabtu, 10 Oktober 2015, seorang ibu berjilbab bernama Siti Asiyah mendampingi putranya yang bernama Robertos Asiyanto atau yang akrab dipanggil Yanto ditahbiskan sebagai seorang pastor bersama dengan 10 orang rekannya oleh Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota di Ledalero, Maumere. Tak hanya itu, Yanto masih dianggap sebagai anggota keluarga oleh ibunya.

5. Kakek & Orangtuanya Kristen, Anaknya Pemimpin Komunis.


Orang-orang tentu mengetahui bahwa Korea Utara saat ini merupakan negara penganiaya Kristen no. 1 di dunia. Namun siapa yang menyangka bahwa presiden pertama Korea Utara, Kim Il-Sung, memiliki kakek yang merupakan seorang Pastor dan orangtua yang merupakan anggota gereja. Gereja tempat dimana orangtuanya beribadah pun masih berdiri di Korea Utara hanya saja dipimpin oleh orang awam.
»»  Selengkapnya...

Persamaan Dan Perbedaan Diaspora Tiongkok Dan Diaspora Yahudi

Ada fakta bahwa secara jumlah, diaspora orang Tiongkok merupakan diaspora paling banyak dari satu negara dan diperkirakan berjumlah lebih dari 50 juta orang. Sedangkan secara sejarah , diaspora orang Israel merupakan diaspora tertua dari satu negara atau lebih dari 2000 tahun.

Kenapa saya mengangkat topik ini? karena saya melihat ada beberapa persamaan antara diaspora Tiongkok dan Israel. (karena saya ingin mencari persamaan sebanyak mungkin, jadi mungkin sedikit terkesan dicari-cari). Kedua bangsa ini juga kebetulan memiliki peradaban tertua di dunia. Dan tentu saja banyak negara-negara lain yang ter'diaspora', India, Indonesia, Rusia, Arab, Afrika, dll, namun saya hanya tertarik dengan kedua bangsa ini. Saya menggunakan istilah "orang Israel", bukan "orang Yahudi", dan "orang Tiongkok", bukan "orang Tionghoa" agar konsisten dengan negara mereka: Israel dan Tiongkok.

Israel dengan sejarahnya yang panjang (sejak jaman hakim-hakim, lalu raja Saul dan raja Daud) dikuasai pemerintah-pemerintah asing (dibuang ke Mesir, Babel, dikuasai Assiria, Persia, Makendonia, Romawi, Arab, Perang Salib, Turki) yang tidak jarang menindas rakyat Israel. Akibatnya banyak orang Israel yang lari ataupun diusir dari negara Israel. Sedangkan Tiongkok dikuasai berbagai dinasti silih berganti (gonta-ganti kaisar dan dinasti) termasuk dinasti suku minoritas Manchu dan Mongol. Tidak jarang kaisarnya menindas rakyat Tiongkok, akibatnya banyak orang Tiongkok yang lari keluar/merantau.

Orang Israel yang terpencar menetap dan memiliki keturunan di puluhan negara dan ratusan kota di dunia yang jauh maupun dekat selama beratus-ratus tahun. Contoh: orang Israel yang tersebar hingga ke Russia, Afrika, Asia, Amerika. Sedangkan orang dari Tiongkok yang terpencar menetap dan memiliki keturunan di puluhan negara dan ratusan kota di dunia yang jauh maupun dekat selama beratus-ratus tahun pula. Contoh: Orang Tiongkok yang tersebar hingga ke Indonesia, Amerika, Kanada.

Karena situasi politik di negara asalnya (Israel diserap oleh berbagai-bagai negara sejak Romawi), maka orang Israel yang terpencar tidak dapat/tidak mau kembali pulang.Sedangkan di Tiongkok , karena situasi politk di negara asalnya (Tiongkok dilanda kemiskinan, peperangan, awal kekuasaan komunis), maka orang Tiongkok di perantauan tidak dapat/tidak mau kembali pulang.

Hanya akhir-akhir ini saja setelah negara Israel kembali didirikan dan gerakan Zionisme muncul, maka banyak (tidak semua) orang yang pulang ke negara nenek-moyangnya. Saat ini lebih dari lima juta berada di Israel dan lima juta lainnya berada di Amerika Serikat, sisanya ada dinegara-negara lain. Sedangkan diaspora asal Tiongkok hanya akhir-akhir ini saja setelah negara Tiongkok mengalami perkembangan super pesat, maka banyak orang perantauan yang memilih pulang, walaupun dalam hal ini secara persentase tidak sebanyak Israel. Karena di Tiongkok sendiri sudah ada lebih dari satu milyar penduduk dan 50 juta lainnya di seluruh dunia.

Dalam diaspora Israel , hampir semua orang Israel di perantauan tidak melupakan jati diri mereka yang sebenarnya, tidak melupakan negara asal mereka, tetap mempraktekkan kebudayaan, kepercayaan, kulinari mereka turun-temurun dengan sadar, seringkali budaya yang mereka praktekkan sangat beda dengan budaya lokal, namun kedua budaya tersebut jarang berinteraksi. Sedangkan dalam diaspora asal Tiongkok seperti perantauan di Indonesia misalnya, membawa budaya khas yang tidak dijumpai di Indonesia, Barongsai, Wayang Potehi, Konfusianisme, Taoisme, dll. Kebanyakan menyadari bahwa mereka adalah pendatang (selain karena propaganda pemerintah), dan leluhur mereka berasal dari Tiongkok (bandingkan orang-orang putih di Amerika kebanyakan tidak tahu leluhur mereka dari mana). Baru akhir-akhir ini saja banyak interaksi antara budaya Tionghoa dan budaya setempat.

Orang Israel , di negara perantauan mereka (terutama sebelum abad 20), seringkali tidak diterima masyarakat lokal sehingga harus membentuk kelompok eksklusif. Mereka jarang berasimilasi atau kawin campur, selain karena ajaran agama juga karena masyarakat setempat biasanya tidak menyetujuinya.Orang yang berasal dari Tiongkok dianggap asing di Malaysia (sampai Singapura harus berpisah), Indonesia, Amerika (sampai ada Chinatown) walaupun telah bergenerasi-generasi mendiami negara tersebut. Dulunya juga dianggap susah membaur dan baru akhir-akhir ini saja banyak yang kawin campur. Generasi tua yang kolot biasanya menentang kawin campur.

Dalam diaspora Israel , dalam kasus asimilasi yang berhasil (dikarenakan sudah ratusan tahun menetap), mereka membentuk suatu sub-kultur dari lingkungan tempat mereka tinggal, namun biasanya masih dianggap orang asing. Mereka secara etnik sudah berbeda dengan orang Israel yang tersebar ke daerah lainnya (ada orang Akhezani, Sephardi, Mizrahi, Yemenite, Kaifeng di Tiongkok dll). Bahasa yang berkembang dan bercampur dengan bahasa setempat juga diklasifikasikan secara berbeda (ada bahasa Ibrani, Yiddish, Yinglish, Ladino, serta puluhan dialek lainnya).

Dalam diaspora asal Tiongkok di Indonesia misalnya, terbentuk sub-kultur Tionghoa-Jawa, Tionghoa-Medan, dsb yang masih dianggap "WNI keturunan". Mereka memiliki bahasa sendiri-sendiri dan sub-kultur yang berbeda harus berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia (ada bahasa Tionghoa-Jawa/Kuo-i Jowo, Hokkian-Medan, dsb). Bahasa Indonesia dalam hal ini juga menyerap banyak kata-kata Tionghoa.

Orang-orang Israel pada abad ke-20 ini generasi mudanya biasanya mulai menjauh dari kebiasaan yang dilakukan nenek moyang mereka, misalnya di AS banyak orang Yahudi yang tidak beragama Yahudi, tidak dapat berbahasa Yahudi, lebih sering kawin campur daripada nenek moyang mereka, dsb.Senada dengan di atas, orang Tiongkok yang bergenerasi-generasi lahir di negara lain sudah jarang yang diajari orang tuanya bahasa aslinya (walaupun kebanyakan masih memiliki nama Tionghoa). Tidak sedikit pula yang tidak familiar dengan budaya Tiongkok.

Orang-orang Israel di perantauan kebanyakan melakukan usaha bisnis, walaupun tidak sedikit yang melakukan usaha hukum, dan jarang sekali yang bergabung dengan pemerintah setempat atau masuk tentara. Mereka dikenal dengan kepandaiannya dan jika ada di antara mereka yang menjadi kaya, maka tidak jarang banyak orang setempat yang merasa iri.Orang-orang Tiongkok dikenal sebagai pebisnis ulung, meskipun tidak dapat digeneralisasi demikian. Banyak perantauan Tionghoa yang menjadi nelayan (khususnya di negara maritim seperti Indonesia), petani, dll tergantung profesi nenek moyang mereka di Tiongkok. Hanya setelah orang Tionghoa dipaksa pindah ke kota, maka banyak yang beralih profesi menjadi pedagang. Secara kuantitas sedikit sekali dari mereka yang berkiprah di bidang politik maupun militer. Beberapa individu yang berhasil dan menjadi milyuner seringkali dianggap mewakili seluruh kelompok, padahal banyak diantaranya yang jauh lebih miskin. Rasa iri hati juga sering kali timbul.

Tentu saja selain persamaan-persamaan di atas banyak juga perbedaanya, misalnya kebanyakan diaspora Israel karena terpaksa (diusir) sementara diaspora Tiongkok walaupun terpaksa, tapi kebanyakan atas inisiatif sendiri (mencari tempat yang lebih baik).

Sumber: http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/2354-persamaan-dan-perbedaan-diaspora-tiongkok-dan-diaspora-yahudi
»»  Selengkapnya...

Berabad-abad banyak yang mau menghancurkan Kristen, tapi pada akhirnya mentok

1. Kekaisaran Romawi Kuno
berabad2 telah menganiaya umat gereja perdana termasuk murid2 Yesus. pd akhirnya pd jaman Kaisar Konstantinus, Kristen dijadiin agama negara & dibantu penyebaran pengaruhnya di seluruh Eropa
2. Yahudi
menolak keberadaan Yesus & para pengikutnya. pd akhirnya seluruh bangsa Yahudi diasingkan semua ke Eropa
3. Kekhalifahan Muslim
berabad-abad nyaris akan menguasai Eropa dgn mulai menjajah daerah Balkan/Eropa Tenggara & selatan Spanyol. tp pd akhirnya dipimpin raja2 gak becus sehingga akhirnya diubah jadi republik sama Mustafa Kemal Attaturk
4. Protestanisme
berabad2 ngelawan Katolik, pd akhirnya cuman berdamai, Katolik masih jd mayoritas di Eropa
5. Keshogunan Jepang
sejak abad ke-16 mulai menganiaya Kristen. pd akhirnya penganiayaan kristen dihilangkan sewaktu zaman Restorasi Meiji & budaya Kristen (Natal, penggunaan kalung salib, pernikahan di gereja, dlsb) menjadi populer di Jepang
6. Komunisme USSR
bertahun2 menganiaya GOR, pd akhirnya negaranya bubar pas Perang Dingin ngelawan AS & semenjak saat itu pengaruh GOR mulai menyebar lagi di Rusia
7. Komunisme RRC
bertahun2 menganiaya Kristen & agama2 lainnya di Cina, pd akhirnya pas mau ngelaksanain kebijakan lompatan jauh ke depan malah bikin satu negara jadi kelaparan & perekonomiannya terpaksa diganti ama Kapitalisme
8. Ateis Barat
ngatain agama yg negatif2 & jumlah umat Kristen menurun, pd akhirnya perekonomian Barat mengalami krisis ekonomi seperti halnya yg pernah terjadi di USSR & RRC & Kristen berganti berkembang di Asia, Afrika, & Amerika
»»  Selengkapnya...

Cina lebih menghargai tokoh Kristen ketimbang India & Indonesia


Bunda Teresa, seorang tokoh Katolik yang berkarya di India dengan membantu orang-orang kurang mampu dan digelari santa (orang suci), dihujat hanya dengan tuduhan Katolikisasi:

Hal serupa juga terjadi di Indonesia terutama pahlawan-pahlawan nasional yang beragama Kristen: Apakah Bangsa Indonesia Adalah Bangsa Yang Menghargai Pahlawannya ?

Berlainan halnya dengan yang terjadi di Tiongkok. Seorang tokoh yang digelari sebagai "Bapak Tiongkok modern" (setara dgn Sukarno yg digelari "Bapak Bangsa Indonesia"), yang bernama Sun Yat-sen, merupakan orang beragama Kristen dan telah dibaptis, masih dihormati baik di Taiwan maupun RRC yang orang-orang umum tuduh sebagai komunis (meskipun sebetulnya saat ini RRC statusnya hanya sosialis), entah orang-orang Tiongkok mengetahuinya atau tidak.

Maaf, sebetulnya saya sendiri juga tidak ingin menyinggung agama individu, namun, jikalau terjadi kasus seperti yang terjadi pada negara-negara non-Kristen diatas, maka hal tersebut (sentimen terhadap Kristen) sudah tidak bisa ditolerir lagi.
»»  Selengkapnya...

Salah Kaprah terhadap Atheis Yang Sering Dijumpai

Apa arti Atheis menurut Anda ? pasti banyak yg mengartikannya sebagai org2 yg tidak mempercayai Tuhan. Namun tahukah Anda jika terdapat beberapa pengartian yang ditujukan kepada istilah Atheis itu sendiri. berikut adalah beberapa diantaranya

Tak beragama = Atheis ?

ini yg paling sering di-salah arti-kan. org tak beribadah atw sejenisnya bisa aja kan cuman emang orgnya males doank atw emang sebenernya ia beribadah cuman secara diam2 atw emang kita pd kagak tau aja.

selain itu jg adapula yg emang tak berafiliasi terhadap agama tertentu tp gak nentang Tuhan ada atw enggak. itu namanya bukan Atheis, melainkan Irreligion

Atheis = Membenci Agama ?

ini biasanya dijumpai terutama pd pernyataan komunis yg dianggap Ateis hanya krn argumen bahwa mereka melakukan kebencian bahkan penganiayaan terhadap agama

sebenernya juga adapula Atheis tapi gak membenci bahkan menyenangi suatu agama sebagai suatu golongan sosial & kebudayaan terlepas dari agama tersebut mempercayai Tuhan atau tidak

Tak percaya Tuhan = Tak percaya Arwah, Setan, dan sejenisnya ?

ini yang sering dikira org bahwa jika org tak percaya Tuhan, maka ia juga tak percaya pd segala sesuatu yg dianggap takhayul macam hantu, roh, dlsb

padahal ada jg Atheis yg masih mempercayai setan, alien, dan sejenisnya meskipun disamping itu ia tak mempercayai Tuhan.

------------------------------------------------------------------------------------------------

selain itu jg, utk istilah org tak beragama sendiri selain Atheis. ada Agnostik, ada Freethinker, dlsb
»»  Selengkapnya...

Ada Kristen dukung Palestina, tapi gak ada Buddhis dukung Rohingya

Ketika terjadi kasus konflik Israel-Palestina yang terjadi setiap pertengahan tahun

Ada Kristen yang dukung Israel: https://senjatarohani.wordpress.com/category/israel/

Tapi ada juga Kristen yang dukung Palestina dan ngata-ngatain kalo di Palestina juga ada orang Kristen: http://worldpeace8281.blogspot.com/2014/07/palestina-propagandakan-dukungan-pada.html

Di sisi lain, ketika ada kasus Rohingya-Rakhine, yang Muslim sebut sebagai Palestina dari Asia Tenggara

Para Buddhis bela-belain Rakhine & Myanmar: http://medialogika.org/berita/penyangkalan-buddha-mengenai-kejadian-di-myanmar/

Tapi gak pernah ditemukan ada Buddhis yang mendukung Rohingya apalagi ngata-ngatain kalo ada orang Buddhis di kalangan Rohingya

Padahal, hal tersebut dapat menarik simpati dari kaum Buddhis juga seperti halnya propaganda Palestina terhadap orang Kristen atau propaganda orang Kristen agar dapat dipandang sebagai pembela Palestina

Selain itu, walau Tripitaka (kitab suci agama Buddha) tidak menceritakan tentang Burma, Myanmar, & Rakhine apalagi menyebut Burma, Myanmar, apalagi Rakhine sebagai bangsa pilihan (seperti halnya pernyataan selama ini bahwa Kristen pendukung Israel hanya bermodalkan doktrin Israel bangsa pilihan), juga orang Buddhis tetap mendukung
»»  Selengkapnya...

Cheerleaders Palestina: maunya disamain Belanda jajah Indonesia, ogah disamain OPM

Seringkali dalam hal para cheerleaders Palestina berargumen menyatakan bahwa konflik Israel-Palestina disamakan dengan Belanda menjajah Indonesia & tidak mau disamakan dengan GAM, RMS, & OPM.

Padahal, penjajahan Belanda di Indonesia adalah karena imperialisme Eropa dimana pemerintah kolonial yang menduduki negara tersebut telah berafiliasi dengan negara yang berada di wilayah lainnya macam Inggris yang berafiliasi dengan pemerintah kolonial yang menduduki India, Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Pakistan atau Perancis yang berafiliasi dengan pemerintah kolonial yang menduduki Laos, Myanmar, Vietnam atau Spanyol yang berafiliasi dengan pemerintah kolonial yang menduduki Filipina & Meksiko atau Portugis yang berafiliasi dengan pemerintah kolonial yang menduduki Brasil & Timor Leste termasuk Belanda yang berafiliasi dengan pemerintah kolonial yang menduduki Indonesia & Suriname. Sementara Israel tidak berafiliasi secara imperialis dengan negara yang ada di wilayah lainnya seperti halnya Belanda, Portugis, Inggris, Spanyol, & Perancis pada masa imperialisme.

Selain itu, negara-negara yang diduduki oleh negara-negara Eropa karena imperialisme melakukan gerakan kemerdekaan & meraih kemerdekaan sudah dr 1800an sampai Konferensi Asia-Afrika. Sementara konflik Israel-Palestina masih berlangsung sampai saat ini. Saat ini pun gerakan2 yg menginginkan kemerdekaan yg bersamaan dgn terjadinya konflik Israel-Palestina macam GAM, OPM, RMS, Tibetan, Turkestan Timur, Irlandia Utara, Skotlandia, dlsb yang melawan negara yang tidak berafiliasi secara imperialis dengan negara manapun yang ada di wilayah lainnya.
»»  Selengkapnya...

Pemboikotan Wisata Holy Land, bukti Palestina menutup-nutupi fakta

Beberapa waktu yg lalu, para cheerleaders palestina termasuk diantaranya organisasi2 kristen pendukung palestina melakukan yg namanya pemboikotan Israel termasuk diantaranya adalah pemboikotan wisata Holy Land atw jalan2 ke Israel baik itu dgn tujuan pariwisata, sejarah, atw ziarah keagamaan atas dasar mengurangi pemasukan keuangan Israel yg dituduh sebagian besar digunakan utk peperangan melawan Palestina. padahal kan dgn org2 ke Israel bisa melakukan pembuktian sendiri tentang kebenaran dr kabar2 yg didengungkan macam Israel menyiksa Palestina apakah hal tersebut benar terjadi. tp nyatanya malah melakukan pemboikotan.

nyatanya, org2 yg sudah ke Israel membuktikan bahwa Israel negaranya negara yg demokratis, Muslim, Kristen, Yahudi hidup berdampingan. hal ini bisa terlihat dr berdirinya Tembok Ratapan, Gereja Makam Kudus, Masjid Al-Aqsa yg berada di kota yg sama yakni Yerusalem. sebaliknya, org2 yg memusuhi pendatang macam rabbi Yahudi yg menghadang turis Kristen justru sebetulnya adlh pendukung Palestina

itu membuktikan bahwa Palestina sebetulnya telah menutup2i apa yg terjadi di Israel sehingga pd akhirnya para cheerleaders Palestina cuman bisa ngeliat kabar2 tentang Israel-Palestina melalui media massa macem TV, surat kabar, internet, dlsb tanpa pembuktian langsung. saya bukannya menyuruh utk tetap melakukan wisata ke Israel, tp ini membuktikan bahwa Palestina telah melakukan penutup-nutupan fakta.
»»  Selengkapnya...

Ayat Perpuluhan VS Ayat untuk Mendukung Israel

Dalam hal masalah menyitir Alkitab, perpuluhan adalah bagian paling utama yang dilakukan pada hal tersebut. Salah satu ayat yang sering digembar-gemborkan pada perpuluhan adalah mengenai Yesus memberikan pajak pada pemerintah Romawi. Padahal sudah jelas yang Yesus berikan uang adalah pemerintah dalam hal ini penguasa seperti halnya saat ini orang membayar pajak, bukan kepada gereja seperti halnya yang dilakukan oleh para pendukung perpuluhan.

Namun, karena hasil sitiran dari Alkitab itulah malahan orang-orang pendukung perpuluhan menjadikannya kepastian pada kegiatan mereka. Padahal, adapula orang jahat atau iblis yang dianggap dapat pula menyitir ayat dalam Alkitab, seperti ayat-ayat yang dianggap sebagai pegangan Adolf Hitler misalnya.

Berbeda dengan ayat untuk mendukung Israel, ada orang yang menentangnya karena menganggap Israel yang dimaksud dalam Alkitab berbeda dengan Israel pada zaman sekarang. Padahal perkataan tersebut dapat pula berlaku pada perpuluhan, keuangan dalam Alkitab yang menggunakan uang pada zamannya (koin emas, perak, dlsb) tentunya berbeda dengan keuangan zaman sekarang yang menggunakan uang kertas, ATM, dlsb. Sehingga, jikalau perpuluhan itu benar adanya, harusnya yang diberikan pada aksi perpuluhan adalah uang-uang pada zaman Alkitab yang tentunya akan susah dicarinya.

Selain itu, ayat-ayat macam penyembelihan hewan, pengorbanan, dlsb yang terdapat dalam Alkitab pun juga pada saat ini pun umat Kristen tak menggunakannya. Dalam hal ini, tentunya jika orang yang menyitir ayat dalam Alkitab sebagai pedoman untuk mendukung Israel dianggap bodoh, maka orang yang menyitir ayat dalam Alkitab sebagai pedoman untuk perpuluhan dapat dianggap sama donk.

Sudah seharusnya gereja semestinya mendapatkan dana bukan hasil dari jemaatnya melainkan dari dermawan seperti halnya yang dilakukan oleh Dokter Lo Siaw Ging.
»»  Selengkapnya...

Antara Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

"Palang Merah" disepakati dipakai sebagai lambang perlindungan yg netral dalam perang; ini di tahun 1864 di perjanjian Jenewa. Lambang ini mirip bendera Swiss yang warnanya terbalik. Bendera Swiss: palang putih atas dasar merah.

Kalaupun ada asal-usul "Kristen" di situ, perlu dicatat: lambang, bahasa, adat, Eropa mengalami "sekularisasi" sejak berabad-abad. Orang Eropa kini tak akan ingat sifat "Kristen" dalam lambang Palang Merah, bendera Swiss, Inggris, Swedia dst.

Tapi kerajaan Usmani dari Turki dan negara-negara Arab menolak memakainya. Mereka pakai "bulan sabit merah". Yang juga menolak Palang Merah adalah: Israel. Yang dipakai di sini, oleh Perhimpunan Magen David, adalah bintang Daud. Akbatnya Palang Merah Internasional tak mengakui Perhimpunan Israel itu sebagai anggota.

Munculnya palang merah tak lepas dari jasa seorang warga Swiss, Henry Dunant yang sedang melakukan perjalanan ke kota Solferino. Dalam perjalanannya tersebut ia melihat 45 ribu tentara yang terluka dan mati ditelantarkan saat perang penyatuan Italia berkecamuk di tahun 1859.

Pada tahun 1862, Dunant meluncurkan sebuah buku bertajuk "A Memory of Solferino" dalam buku tersebut ia mengajukan dua usul. Yaitu untuk mengadakan masa damai dalam perang serta mengizinkan relawan dari tiap negara untuk merawat korban perang. Dia mengusulkan setiap negara agar sepakat untuk melindungi relawan penyelamat dan yang terluka saat di medan perang.

Pada tahun 1863 diadakan konferensi internasional untuk kali pertama dan memutuskan untuk menggunakan satu simbol yang sama agar mudah diidentifikasi sebagai relawan. Karena logo yang digunakan harus merefleksikan sikap netral, maka logo diambil dari bendera Swiss yang dibalik warnanya karena status Swiss sebagai negara yang tak berpihak pada saat itu.

Logo bulan sabit merah kemudian lahir pada perang antara Rusia dan Turki di antara tahun 1876-1878. Kekaisaran Ottoman saat itu memilih untuk menggunakan logo bulan sabit merah karena logo palang merah dinilai menghina kaum muslim. Selama masa konflik, logo bulan sabit merah diterima kehadirannya sebagai pengganti logo palang merah.

Baru pada tahun 1929, logo bulan sabit diterima secara resmi dan disejajarkan statusnya di bawah konvensi Jenewa. Hingga saat ini 151 negara menggunakan logo palang merah dan 33 negara menggunakan logo bulan sabit merah.

Di Indonesia sendiri logo yang digunakan adalah palang merah, meski demikian ada juga gerakan relawan yang menggunakan logo bulan sabit merah.

Timbul masalah: bagaimana lambang itu bisa menandai kenetralan dalam konflik, dan tak jadi sasaran ketika bergerak menolong korban.

Namun pada Desember tahun 2005, Konvensi Jenewa menghasilkan sebuah logo baru yang dikenal sebagai red crystal atau kristal merah untuk memecahkan beberapa isu yang muncul. Yaitu, untuk menambah negara keanggotaan yang tidak ingin menggunakan logo palang merah atau bulan sabit merah bisa bergabung dengan menggunakan logo kristal merah. Tapi belum berhasil.

Arti sebuah lambang bisa dilembagakan (misalnya dengan perjanjian, seperti Palang Merah). Tapi pada dasarnya arti itu bisa macam-macam. Lambang bintang merah bisa berarti: 1. merk bir. 2. gerakan komunis (sejak 1917). 3. lambang Partai Sosialis Indonesia. Lambang bulan sabit bisa berarti: "Islam", seperti dalam bendera Turki. Tapi di bendera Singapura, berarti: "negeri yang baru muncul."

Ironis: Palang Merah yang semula jadi simbol netralitas, malah jadi obyek persengketaan, dengan semangat identitas agama. Tidakkah yang terkesan kini: agama-agama justru penyebab konflik, dan Palang Merah yang selama ini meredakan konflik, ikut dibakar?

Sumber:
»»  Selengkapnya...